Rabu, 09 November 2011

Ketika Cinta Harus Bersabar


♥♥ ~* ::Ketika Cinta Harus Bersabar (BAG.1):: *~ ♥♥
oleh Strawberry pada 12 Oktober 2011 jam 8:27
Karya Nurlaila Zahara

Ketika Cinta Harus Bersabar..,

Novel ini mengisahkan perjalanan cinta seorang akhwat bernama Dinda yang berjuang untuk menemukan cinta sejatinya. Seorang laki-laki sholeh telah bersedia menikahinya namun semua itu hanya sandiwara belaka. Suaminya tidak pernah mencintainya sedikitpun. Alhasil, jadilah Dinda menjadi seorang istri yang tidak pernah merasa dirinya menjadi seorang istri untuk suaminya. Meskipun sikap dan perilaku suaminya tidak pernah membuatnya bahagia, namun perjuangan dan cinta setianya kepada suaminya itu, telah membukakan mata hati suaminya bahwa memang Dinda lah anugerah terindah yang Allah berikan untuknya. Perjalanan Dinda ini juga tidak begitu saja dapat sitempuh olehnya dengan mudah. Ada kerikil-kerikil kecil dan cobaan yang mengharuskan ia memilih. Suaminya atau hidup orang lain???
Penasaran dengan kisahnya???

silakan membaca, semoga ada banyak hikmah yang terdapat disana
^_^

NoveL Ketika Cinta Harus Bersabar (BAG.1) 

Ya Rabbi, entah siapa yang tadi aku lihat. Malaikatkah? atau mungkin seorang alim yang menjelma seperti Malaikat? Entahlah. Tapi yang pasti, hatiku langsung berdetak kencang tatkala kedua mataku menatap tak sengaja wajah putih bersih nan berwibawa itu yang sempat melintasi penglihatanku. Sampai sekarang, sosok 'malaikat' itu masih melekat dalam benakku. 

Sore tadi, Mama mengajakku kerumah salah seorang sahabatnya yang tengah sakit. Awalnya aku menolak karena memang editan tulisanku belum selesai aku revisi kembali. Besok lusa harus segera aku serahkan ke pihak penerbit untuk dipelajari dan untuk selanjutnya di terbitkan menjadi sebuah buku novel yang siap untuk dibaca. 

Aku seorang penulis novel yang memang belum terlalu termasyhur seperti Habiburrahman El Shirazy, Azimah Rahayu, Helvy Tiana Rossa, dan masih banyak nama-nama penulis lainnya yang menjadi penulis idolaku sekaligus menjadi inspirasiku dalam menulis. Dua novelku sudah beredar di pasaran. Yang pertama berjudul Kerlingan Hati dan yang kedua berjudul Episode Jingga. Alhamdulillah kedua novelku itu laris manis di pasaran. Dan sekarang, aku sedang menggarap novelku yang ketiga yang judulnya masih aku rahasiakan. Tapi lagi-lagi karena mamaku tersayang mengajakku pergi menjenguk temannya yang sedang sakit, jadilah aku merubah semua jadwalku duduk didepan komputer untuk merevisi ulang novelku, untuk ikut mama pergi menjenguk temannya. Mau bilang apa lagi? toh kalau mama sudah beralasan,"Dinda, nanti kalau sampai penyakit mama kumat di jalan, bagaimana?". Hufh…tak tega rasanya kalau sampai penyakit asma mama kumat ditengah jalan. Semoga saja tidak. 

Aku berangkat bersama mama tepat setelah shalat Ashar kami tunaikan. Aku tidak pernah tahu teman mama yang satu ini. Mama bilang dia itu bernama Ibu Rahayu. Teman mama semasa kuliah dulu. Aku hanya mendengarkan mama bercerita banyak tentang sahabatnya itu yang katanya lumayan cantik dan mempunyai seorang suami yang juga tampan dan seorang anak laki-laki yang menurut mama sangat cocok untuk dijadikan seorang menantu. 
"Bu Rahayu itu punya seorang anak laki-laki. Mama lupa namanya siapa. Tapi yang pasti dia itu cocoklah untuk dijadikan seorang menantu" 

Hufh…aku hanya menghela nafas mendengar celotehan mama yang menurutku hanya sebuah pengharapan seorang ibu yang menginginkan anak perempuannya segera menikah. 
Menikah. Semua gadis yang sudah cukup umur juga pasti berharap ingin segera mempunyai pendamping hidup yang sesuai dengan kriterianya. Ya…minimal seseorang yang baik, sholeh, bertanggung jawab, dan dapat menerima keadaan diri apa adanya. Tapi kalau memang belum jodoh mau diapakan lagi? Aku hanya berharap seorang yang soleh yang bersedia menjadi suamiku. 

* * *

Tepat disebuah rumah bernuansa minimalis kami turun dari mobil yang aku kendarai sendiri. Diluar sudah ada seorang perempuan paruh baya yang membukakan pintu rumah untuk kami. Ibu itu lalu menyuruh kami masuk karena dia sudah tahu bahwa kami akan datang untuk menjenguk Ibu Rahayu. Sekantong buah-buahan aku serahkan padanya. Diapun segera mengantar kami memasuki kamar Bu Rahayu. 

Di dalam aku melihat seorang ibu yang sudah sedikit tua dengan wajah pucat pasinya berbaring diatas tempat tidur berselimutkan kain yang sangat tebal. Kepalanya ia tutup dengan sebuah kerudung pendek. Dialah Bu Rahayu. Senyumnya segera menyambut kami ketika ia lihat wajah kami nampak dari balik pintu. Mama dan Bu Rahayu segera berpelukan tatkala keduanya dipertemukan kembali setelah beberapa tahun tidak bertemu. Tangis kebahagiaanpun membuncah disana. Aku hanya bisa menatap mereka dengan penuh haru. Beberapa saat lamanya aku menjadi orang yang terasing didalam kamar itu. 

Tiba-tiba Bu Rahayu menegurku dengan sapaan yang lembut. Tegurannya itu membuat aku tersadar dari lamunanku. 
"Ini pasti Dinda ya?" Tanya Bu Rahayu. 
"I..iya bu.." Jawabku tergagap. Aku segera meraih tangannya dan kucium. Aku kembali tersenyum padanya. 
"Sudah besar ya? Berapa usia kamu sekarang?" Tanya Bu Rahayu lagi yang membuat aku ragu-ragu untuk menjawabnya. 
"Ehm...27 tahun bu" Sahutku tanpa semangat yang membara. Entah mengapa setiap kali ada seseorang yang menanyakan berapa usiaku, aku selalu menjawabnya tanpa mempunyai semangat. Mungkin karena sampai sekarang aku belum juga menikah. 
"Tahu darimana Lis kalau aku sakit?" Tanya Bu Rahayu pada Mama. Aku menarik kursi yang disediakan oleh ibu tua tadi sambil mendengar jawaban Mama. 

"Dari Rudi. Kebetulan kemarin aku bertemu dia di pasar. Dan dia bilang katanya kamu sakit. Memang kamu sakit apa sih Yu?" Mama balik bertanya. 
"Tahulah Lis. Aku juga bingung sendiri dengan sakitku" Jawab Bu Rahayu dengan mata berkaca-kaca. Sesaat kutangkap sepertinya ada yang mengganjal dalam hatinya. Diapun mulai bercerita. 
"Beberapa hari yang lalu ada yang menawarkan seorang muslimah padaku untuk dijadikan istri oleh anakku...." 
"Oh iya, mana anakmu itu? Kok tidak kelihatan? Siapa namanya?" Cerocos Mama memotong pembicaraan Bu Rahayu. Bu Rahayu menghela nafasnya dan menjawab dengan nada datar. Aku memperhatikannya dengan seksama. 
"Anakku itu bernama Yusuf Abdul Fattah. Masa kau lupa sih Lis?" 
"Oh iya! Maaf..maaf, namanya juga orang tua. Lanjutkan Yu!" Kata Mama seraya menyuruh Bu Rahayu untuk melanjutkan ceritanya. 

"Aku sempat melihat gadis itu. Wajahnya cantik, perilakunya baik, ahklaknya pun bagus. Dia berjilbab, sama seperti Dinda" Lanjut Bu Rahayu sambil melirik kearahku ketika dia menyebutkan namaku. Aku hanya tersenyum dan meneruskan mendengar cerita Bu Rahayu. 
"Setelah aku tawarkan pada si Yusuf, lha kok dia malah menolak. Katanya, kurang cocok dengan seleranya. Asal kamu tahu saja ya Lis, ini untuk yang kelima kalinya dia menolak untuk dinikahkan. Kamu tahu sendiri, usianya Yusuf itu tidak beda jauh dengan 
usianya Dinda. Apalagi coba yang mau dicari dengan umur segitu kalau bukan istri. Aku sampai stres memikirkannya dan akhirnya aku jatuh sakit. Nah itulah penyebab sakitku saat ini" Ucap Bu Rahayu menutup ceritanya. Sesekali kulihat dia membenarkan posisi duduknya yang bersandar pada sebuah bantal. 
"Sekarang dia kemana bu?" Tanyaku tiba-tiba saja. Aku juga kaget. Kenapa aku menanyakan hal itu? Aku sendiri tidak tahu alasannya. 

"Sekarang dia sedang menebus obat ibu di apotik. Perginya sih dari tadi, mungkin sebentar lagi juga pulang" Jawab Bu Rahayu tenang. Suasana kembali lagi seperti semula. Mama dan Bu Rahayu kembali larut dalam perbincangan masa lalunya, sedangkan aku hanya dapat mendengarkan mereka berbincang tentang suatu hal yang baru bagiku. 
Beberapa saat lamanya waktu berjalan, tiba-tiba dari luar kamar terdengar suara seorang laki-laki mengucapkan salam dan membuka pintu secara perlahan. Aku, Mama, dan Bu Rahayu pun segera mengarahkan pandangan kami ke arah suara itu. Perlahan-lahan pintu itu terbuka dan...Subhanallah! Seorang laki-laki tampan dengan kemeja dan celana bahannya datang dengan membawa sekantong kecil obat. 

Aku berdiri dari dudukku tanpa melepaskan pandanganku dari laki-laki itu. Sesaat lamanya aku menatap dia yang sedang mencium tangan Bu Rahayu kemudian mengatupkan kedua tangannya pada Mama. Aku seperti terbius oleh keindahan zahirnya. Aku tersadar tatkala dia mengucapkan salam padaku dan mengatupkan kedua tangannya juga padaku. 
"Assalamu'alaikum" Ucapnya lembut sambil menunduk. 

"Wa..wa'alaikummussalam" Sahutku dengan sedikit tergagap. Aku segera menundukkan pandanganku dari wajahnya dan kutarik nafasku secara perlahan. Entah mengapa saat ini jantungku berdebar-debar. 
Kudengar Bu Rahayu memperkenalkan laki-laki itu sebagai anaknya yang bernama Yusuf Abdul Fattah dan dia juga memperkenalkan Mama sebagai sahabat lamanya dan juga memperkenalkan aku pada Yusuf. Sesaat aku mencuri pandang padanya. Astaghfirullah! Ucapku dalam hati. Kembali kutarik nafasku dalam-dalam. 
Tak berapa lama, laki-laki yang kukenal bernama Yusuf itu meminta diri untuk keluar dari kamar. Aku tak berani lagi menatap wajahnya. Takut dosa. Aku hanya dapat mendengar suaranya yang dengan lembut mengucapkan salam. Aku menjawab salamnya dengan pelan. Tak berapa lama, Mama dan Bu Rahayu mengganti topik pembicaraan mereka dengan masalah Yusuf. 

Aku berusaha mengendalikan perasaanku. Entah mengapa, seperti ada yang berbeda dalam hatiku setelah aku melihat Yusuf tadi. Aku jadi teringat perkataan Mama. 
"Bu Rahayu itu punya seorang anak laki-laki. Mama lupa namanya siapa. Tapi yang pasti dia itu cocoklah untuk dijadikan seorang menantu". 
Apa mungkin bisa ya? Pikirku sudah mulai ngaco kemana-mana. 
Sepanjang perjalanan pulang aku tak bisa memfokuskan fikiranku. Sesampainya dirumah aku sudah tak memikirkan editan tulisanku di komputer. Yang menjadi pikiranku sekarang adalah, apakah sosok "malaikat" itu yang menjadi harapan Mama? Oh....Rabbi, selamatkan aku dari penyakit hati ini. Teriakku dalam hati. 
Adzan Maghrib sudah berkumandang. Aku segera bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. 

* * * 
♥♥ ~* ::Ketika Cinta Harus Bersabar (BAG.3):: *~ ♥♥
oleh Strawberry pada 12 Oktober 2011 jam 10:59


Yuk baca lagi.... Bagi yang belum baca BAG (1) , dan (2) Silakan Buka Page "Strawberry" Ini baca sebelum catatan  Bag (3) Bagian Terakhir ini ^_^


Karya Nurlaila Zahara

Sampai dirumah tepat ketika azan Maghrib berkumandang. Mama menyuruhku untuk segera mandi dan langsung menunaikan shalat Maghrib. Kuturuti apa kata Mama. Papa yang hendak pergi ke masjid tak pernah sedikitpun berkomentar tentang kerepotan Mama menyuruhku ini dan itu. 
Selepas mandi dan shalat Maghrib, Mama lagi-lagi menyuruhku dengan suatu hal yang menurutku aneh. 
"Din, coba kamu pakai ghamis kamu yang warna biru tua ini. Sepertinya bagus deh!" Pintanya sambil mengambil sebuah ghamis yang dimaksudkan dari dalam lemariku. 
"Untuk apa sih Ma? Ini kan hanya acara silaturahim saja kan? Nggak usahlah pakai baju yang berlebihan. Kayak mau pergi saja" Tolakku tanpa mau mengindahkan permintaan Mama. Kuperhatikan ghamis biru tua itu yang menurutku lebih cocok dipakai keacara walimahan. 
"Eh, malam ini kamu harus tampil cantik. Pokoknya harus spesial. Awas kalau tidak. Mama akan marah sama kamu. Dipakai ya?" Pinta Mama sekali lagi. Aku hanya Bisa termenung sendirian dikamar sambil memikirkan perkataan Mama barusan. Apa sih yang sebenarnya diinginkan Mama dariku? Sehingga aku harus mengenakan ghamis itu. 
Kuturuti saja permintaan Mama. Aku masih tidak mengerti ada apa dibalik semua kedatangan keluarga Bu Rahayu malam ini. 
Pukul tujuh malam kurang lima belas menit keluarga Bu Rahayu datang. Aku heran, apa mereka sudah shalat Maghrib? Mama dan Papa menyambut kedatangan mereka dengan hangat. Aku tidak ikut menyambut mereka karena aku sedang sibuk membuatkan minum dibelakang. 
Hatiku tiba-tiba saja berdesir tatkala Mama menyebut nama Yusuf . Ya, dia datang malam ini. Jantungku yang seolah tenang, kini menjadi berdegup dengan kencangnya. Kutarik nafas dalam-dalam lalu kuhembuskan. Dari ruang tamu, Mama memanggil namaku. 
"Dinda!! Kesini sebentar. Temui dulu ini keluarga Bu Rahayu!" Teriak Mama. 
"Iya sebentar Ma!" Sahutku sembari mengelapkan tanganku pada sebuah kain. Aku bergegas melangkah menemui mereka diruang tamu. Sekali lagi kutarik nafasku dalam-dalam lalu kuhembuskan. 
Wajah yang pertama kali kulihat adalah wajah Bu Rahayu, kemudian laki-laki bertubuh besar dengan kumis diwajahnya. Mungkin dia suaminya. Aku tak berani mengalihkan pandanganku pada Yusuf. Kuraih tangan Bu Rahayu lalu kucium. Dan kukatupkan kedua tanganku pada suaminya dan....Yusuf pastinya. Bu Rahayu memuji penampilanku. 
"Wah!! Malam ini Dinda cantik sekali. Cocoklah" Ucap Bu Rahayu padaku. Ucapan itu membuat sebuah tanda tanya besar dihatiku. Cocok?! 
"Ah, Bu Rahayu bisa saja. Terima kasih atas pujiannya" Sahutku sambil meminta diri. Aku ingat aku sedang membuatkan minum dibelakang. Mereka mengizinkan. Tiba-tiba saja kedua mataku beradu pandang dengan Yusuf. Uh!! Bergetar rasanya hati ini. Kutarik nafasku dan kuhembuskan ketika sudah sampai didalam. 
Di belakang, aku lanjutkan membuat minum. Kutata kue-kue di atas piring yang tadi siang Mama beli di pasar. Samar-samar kudengar perbincangan Mama, Papa, dan keluarga Bu Rahayu di depan. Biasalah, membincangkan masa lalu. 
Sambil membawa lima cangkir air teh hangat dan 2 toples kue-kue kering, aku melangkah keruang tamu. Wajahku masih menunduk. Tak berani aku mengangkat kepalaku. Bu Rahayu dan suaminya yang kuketahui bernama Pak Sardi mengucapkan terima kasih padaku, kecuali Yusuf. Dia hanya diam. Aku memberikan senyumku pada Bu Rahayu dan suaminya. 
Aku berbalik kebelakang sebelum akhirnya aku mendengar Yusuf mengucapkan terima kasih padaku. Aku menoleh sesaat dan mengangguk padanya. Aku kembali kebelakang dengan perasaan yang tak menentu. Yang pasti, perasaan senang itu tiba-tiba saja merasuki jiwaku. 
Aku kembali kebelakang dan kuambil dua piring berisi kue-kue yang tadi sudah kutata. Kusuguhkan pada mereka dan kembali kebelakang lagi. Awalnya Mama menyuruhku untuk tetap tinggal diruang tamu tapi aku menolaknya. 
Kudengarkan dengan jelas perbincangan mereka dari ruang tengah. Sambil memainkan sebuah sendok, aku mendengar Pak Sardi bersuara. 
"Ya, tujuan kami datang kesini ini kan, selain untuk menyambung silaturrahim juga untuk membicarakan suatu hal yang sangat penting, menyangkut anak-anak kita yang sudah besar-besar. Betul tidak Pak, Bu?" 
"Ya ya, betul betul" Sahut Papa. 
"Saya yakin Bapak sama Ibu pasti sudah tahu apa tujuan kami datang kesini" Lanjut Pak Sardi. 
"Saya hendak melamar putri kalian untuk anak kami, Yusuf. Bagaimana Pak, Bu?" 
"Prang!!" Sendok yang tadi aku mainkan terjatuh. Ya, sendok itu terjatuh karena aku terkejut mendengar perkataan Pak Sardi barusan. Dadaku sesak. Mulutku serasa kelu dibuatnya. Keringat dingin tiba-tiba saja membasahi sekujur tubuhku. Perlahan aku mendengar jawaban Papa. 
"Ya, kami sangat senang atas keinginan Bapak dan Ibu untuk menjadikan anak kami sebagai menantu. Merupakan suatu kebanggaan bagi kami bisa berbesan dengan Bapak dan Ibu. Dengan senang hati kami menerima pinangan itu. Semoga ini menjadi langkah awal untuk kebaikan kita bersama" 
"Amin!" Jawab semuanya serentak. 
Dalam hati aku bertanya-tanya. Kenapa Papa tidak menanyakan hal itu padaku dulu? Kenapa Papa menerima pinangan itu secara sepihak tanpa mau berkompromi dulu denganku? Tapi, biarpun Papa tidak menanyai hal itu kepadaku dulu juga, sebenarnya aku mau menerimanya. 
Oh, senangnya hatiku!! Ternyata Yusuf menyukaiku. Jodoh memang benar-benar rahasia Allah. Aku tidak menyangka bahwa jodohku adalah seseorang yang baru saja kukenal. Tapi, bagaimana dengan sifat-sifat Yusuf? Aku kan belum begitu mengenalnya. Ah! Setelah menikah nanti, kami akan sama-sama belajar sifat kami masing-masing. Oh Rabbi, senangnya hati ini. Tiba-tiba aku mendengar Mama memnggil namaku. 
"Dinda! Kesini sebentar Nak!" 
Aduh! Bagaimana ini? Aku panas dingin. Kakiku gemetar dan sulit untuk diajak berjalan. Tapi mau tidak mau aku harus memenuhi panggilan Mama. 
"Iya Ma, sebentar" Sahutku sambil menata diri agar tidak tampak gugup. Aku menunduk. Kuberanikan diriku menatap wajah Yusuf, yang kini telah menjadi calon suamiku. Dia masih menunduk. Aku beristighfar dan duduk disamping Mama. 
"Kamu sudah mendengar kan, Apa yang barusan kami perbincangakan?" Tanya Mama sambil mengusap-usap bahuku. Aku mengangguk pelan. 
"Lalu bagaimana dengan kamunya? Menerima tidak?" Tanya Mama yang sebenarnya ingin langsung kujawab "Mau..mau!!" Tapi aku malu. Aku lebih memilih untuk diam sejenak sambil menatap satu per satu wajah yang ada diruang tamu, terutama Yusuf. Lalu aku bersuara. 
"Dengan segala kerendahan hati, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang aku miliki, maka dengan menyebut nama Allah...." Kutarik nafasku perlahan. 
"Aku menerimanya" Lanjutku. 
Lega rasanya hati ini. Semua yang ada diruang tamu tertawa bahagia. Kecuali, Yusuf. Aku menatapnya dengan penuh tanya. Ada apa dengannya? Dia hanya menunduk. Sesekali bibirnya tersenyum ketika matanya menatap wajah Mama atau Papa. Tapi sepertinya, senyumnya berbeda. Senyum yang aku tangkap darinya, seperti bukan senyum kebahagiaan. Tidak. Pasti saat ini dia sedang menutupi rasa gugupnya, sama seperti aku. Setiap orang kan pasti berbeda-beda dalam menyembunyikan rasa gugupnya. 
Aku tepis perasaan itu. Yusuf juga pasti mempunyai perasaan yang sama terhadapku. Saat ini aku hanya ingin melewati malam yang indah ini bersama keluarga besarku. Papa, Mama, Pak Sardi, dan Bu Rahayu mulai membicarakan semua proses pernikahan. Aku sangat bahagia malam ini. 

* * * 

Semuanya sudah ditentukan. Prosesi pernikahan jatuh pada tanggal 23 April 2007. Akad dan walimatul ursy-nya akan diadakan bersamaan di Masjid Raya At Taqwa Pasar Minggu. Baju pengantin yang nantinya akan aku dan Yusuf kenakan pun sudah ditentukan. Dan mahar, aku minta agar Yusuf cukup memberikan aku seperangkat alat shalat, satu buah Al-Qur'an, sebuah cincin emas, dan hafalan surat Al Ikhlas. 
Setelah semua selesai dan beres dengan rapi, Yusuf dan keluarganya pamit pulang. Aku pun ikut mengantarkan mereka sampai depan pintu. Aku masih belum menemukan 
senyum yang berarti dari Yusuf. Sampai pulang pun dia tak sedikitpun menatapku. Aku mulai berpikir yang macam-macam. 
Setelah mereka pulang, aku langsung membereskan cangkir-cangkir dan piring-piring yang kotor diatas meja. Tiba-tiba Mama memberikan sebuah amplop putih padaku. 
"Apa ini Ma?" Tanyaku heran. 
"Surat dari calon suamimu" Jawab Mama membuat hatiku berbunga-bunga. Aku tertawa sendiri menerima surat itu. Mataku mulai berair. Segera saja kupeluk erat tubuh Mama. 
"Makasih ya Ma? Akhirnya aku menemukan jodohku" Ucapku sedikit serak. 
"Iya. Mama doakan supaya kamu selalu bahagia" Sahut Mama sambil membelai kepalaku yang masih tertutup jilbab. Aku beranjak kekamarku untuk menaruh surat dari Yusuf di atas meja belajar. Tak sabar rasanya ingin cepat-cepat membukanya. Tapi aku harus mencuci dulu semua piring-piring kotor didapur. 
Setelah selesai, aku langsung bergegas melangkah kekamar. Amplop putih itu kini seperti harta yang paling berharga untukku. Tak rela rasanya bila harus kehilangan kata-kata dalam surat yang ditulis Yusuf untukku. Sekarang aku yakin, Yusuf bersikap seperti itu tadi karena dia merasa gugup. Buktinya sekarang aku menerima surat darinya. Lebih tepatnya lagi, surat cinta dari kekasihku. Oh...aku jadi romantis begini. Sejak bertatap muka dengannya, hatiku ini memang sepenuhnya dipenuhi rasa cinta padanya. 
Kubuka perlahan surat itu. Isinya, 

Assalamu'alaikum. Wr. Wb 
Kepada yang terhormat 
Dinda Altharina Puteri 
Di tempat 
Aku sengaja menulis surat ini dengan tulisan tanganku sendiri. Berharap kau bisa merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan ketika orang tuaku memaksaku untuk menikah denganmu. Asal kau tahu saja, pinangan atas dirimu sebenarnya bukan aku yang menginginkan, melainkan orang tuaku. 
Mereka bilang, sejak pertama kali melihatmu, hati mereka langsung tergerak untuk menjadikanmu sebagai menantu. Lagi pula orang tuaku dan orang tuamu berteman sejak lama. Tapi maaf, itu semua diluar kemauanku. Dan maaf sekali lagi, aku tidak pernah berniat menikahimu. Semua ini adalah rencana orang tuaku dan orang tuamu untuk menjodohkan kita. 
Aku tahu hal ini adalah hal bodoh yang pernah aku lakukan sepanjang hidupku. Aku juga tahu bahwa jika semua ini benar-benar terjadi, maka akan banyak orang yang aku bohongi. Terlebih lagi, aku akan menjadi seorang pecundang dan pengecut karena telah menyakiti perasaanmu. 
Tapi aku juga tidak bisa berbuat lebih banyak lagi sebab melihat kondisi ibuku yang sudah sangat lemah, aku takut bila aku menolak permintaanya, sakitnya akan semakin parah. Asal kau tahu saja, dua hari yang lalu ibuku masuk rumah sakit karena aku menolak permintaannya. 

KERUDUNG MERAH DARI MAKKAH


~::* KERUDUNG MERAH DARI MAKKAH *::~ (Novel) Part 1
oleh Strawberry pada 20 September 2011 jam 7:29
Karya : Muhammad Taufiq

selepas subuh sekitar jalan MT.Haryono masih terlihat lengang.Jalan utama yg menghubungkan kota Batu dg kota Malang yg biasa padat dan memenatkan itu,kini masih terasa nyaman.Udara pagi pun masih terasa segar,terlebih ini adalah hari minggu.

Tampak beberapa mahasiswa dan warga sekitar sekedar menyempatkan untuk jogging atau sekedar jalan2.Hanya angkutan umum LDG dan ADL sudah berlarian keladungsari.

Tapi tidak disebuah kedai buah dan bunga ditepi jalan MT.Haryono,meski kedai tersebut belum buka tapi aktifitas didalamnya sudah mulai.Seorang lelaki tengah disibukkan menyortasi buah-buahan.Memilih buah yg terbaik untuk disajikan hari ini dikedai mereka.Diantaranya ada semangka,melon,apel,kelengkeng,pepaya,rambutan hingga salak.Sedangkan seorang lelaki yg lain sibuk membersihkan lesehan kedai itu.Kedai buah dan bunga itu juga menyediakan lesehan bagi pengunjung yg ingin menikmati juice buah segar dikedai itu.

Tak jarang,mahasiswa maupun dosen yg memanfaatkan lesehan kedai itu untuk tempat diskusi bahkan kuliah.Terlebih,lesehan kedai itu telah dilengkapi hot spot area,sehingga memudahkan bagi pengunjung yg ingin surfing kedunia maya dg laptop mereka.

Kedua lelaki itu juga disibukkan dg perlakuan sortasi untuk bunga potong yakni dg memisahkan antara bunga yg masih segar dan telah layu kemudian memotong batangnya yg terlalu panjang atau mungkin telah busuk.Juga menyiapkan kertas pembungkus untuk bunga potong jika pembeli menginginkannya dalam bentuk buket.Ada banyak jenis bunga potong dikedai tersebut diantaranya ada krisan,garberra,mawar,aster,sedap malam,asparagus,bunga matahari dan lain2.Lelaki itu juga mengganti air diember bunga potong dg air yg baru serta menambahkan sedikit aspirin di air ember tersebut agar bunga potong lebih awet segarnya dan tak cepat layu.

"Assalamualaikum....Selamat pagi bapak-bapak!"
Kedua lelaki itu dikejutkan oleh suara dari luar pintu masuk.Seorang lelaki setengah baya yg memakai kaos putih dan handuk yg terlingkar dilehernya

"Waalaikumsalam warahmatullah...Selamat pagi juga Pak Ali.Sedang lari pagi nih?"
"Iya,Ris.Mumpung ni hari libur.Hari biasanya kamukan tahu sendiri,pagi hari seperti ini saya sudah sibuk menyapu kebun,menyiram,sampai memotong rumput.Nggak sempat olahraga! Harusnya kamu juga,Ris! Sempatkanlah olahraga.Meskipun hanya sekali dalam seminggu masak nggak ada bedanya hari libur dg hari biasa,Ris? Payah kamu,Ris!"

Lelaki yg bernama lengkap Faris Afero itu hanya tersenyum.Sementara Pak Ali tengah sibuk merenggangkan tangannya kekanan dan kekiri,kebawah dan keatas lalu memperagakan yoga asana yg tak sempurna dg perutnya yg buncit.

"Lho,biasanya ada Ferdian yg membantumu? Kemana dia?"
"Ferdian sedang mudik ke kediri.Ibunya sedang sakit.Jadi saya hanya dg Sais saja pagi ini.Bukankah kita nggak boleh mensia-siakan rezeki yg telah Allah hamparkan dipagi hari seperti ini? Lagi pula ini juga dalam rangka nambah bekal untuk ke makkah."

"Subhanallah! Kamu serius ingin segera pergi haji,Ris?"
"Insya Allah,Pak.Doa restunya.Sendirian saja nih,Pak? Biasanya ada Chessa yg ikut lari-lari dihari minggu."
"Iya,sendiri.Chessa lagi ngambek!"
"Ngambek? Kenapa,Pak?
"Harusnya kamu yg lebih tahu,Ris! Ia ngambek ya gara2 kamu."
"Gara2 saya? Maaf,pak.Saya nggak ngerti."
"Apa kamu tidak memerhatikan,sudah hampir 2 pekan inikan,Ia nggak beli bunga aster dikedaimu ini."

"Iya,Pak.Padahal paling tidak biasa Chessa akan kesini 2 hari sekali untuk beli bunga aster.Saya juga sempat khawatir.Apa Chessa sedang sakit."
"Chessa memang sedang sakit.Sakit hati!"
"Astafirullahal'adzim...Kenapa
?
"Kamu itu,Ris...Ris...Kamu yg lebih tahu kenapa Chessa sampai ngambek seperti itu! Kenapa kamu menolak saat ia mengajakmu kepesta perpisahan disekolahnya?"
"Oh,maksud Pak Ali,prom night itu? Ya,jelas saja saya tidak mau.Apa saya harus menghadiri perta aneh yg mengumbar aurat seperti itu? Yg lelaki sih memakai setelan jas yg sopan tapi yg perempuan? Gaun malam yg aneh!"

"Tapi kan tidak semuanya,Ris! Chessa sendiri kan sekarang sudah berkerudung.Ya,meskipun berkerudung modis.Padahal dulu,Ia paling fobi dg kerudung dan pakaian muslimah.Kamu tentu ingat,dulu Chessa berseragam sekolah masih dg rok diatas lutut.Tapi setelah sering kamu nasehati,kini ia sedikit berubah.Ia memakai hem dan rok panjang serta berkerudung saat pergi kesekolah.Saat keluar rumah pun,ia kini sering berkerudung."

"Alhamdulillah jika Chessa banyak perubahan sekarang.Tapi soal prom night,saya benar2 melarangnya untuk ikut apalagi ia malah mengajak saya.Meski saya telah menganggap Chessa adalah adik saya sendiri,bukan berarti status Chessa berubah menjadi muhrim bagi saya."
"Iya,Ris.Ia memang nggak jadi ikut prom night.Tapi ngambeknya itu lho,Ris! Nggak ketulungan! Cemberut melulu setiap hari! Cobalah hiburlah dia! Sepertinya nasihatmu kemarin soal prom night itu nyinggung perasaannya!"

Faris hanya diam dan mengangguk sembari meneruskan pekerjaannya menyortasi bunga potong.Semua harus telah siap sebelum kedainya buka tepat jam 7.Setelah itu,giliran Mila dan Lilis yg menjaga kedai buah dan bunga yg bernama Evergreen itu.Mila adalah Muslimah yg tak lain adalah adik Mahardiansyah seorang sahabat Faris yg dulu bersama merintis Evergreen.

Mila masih kuliah di DIII Kesekretaritan Universitas Brawijaya.Kebetulan kuliahnya hanya berlangsung siang dan malam hari jadi dipagi hari ia bisa membantu Faris menjaga kedai.Faris harus mengajar beberapa mata kuliah di Fakultas pertanian UNIBRAW.Kedai Evergreen nya tidak mengenal hari libur dihari minggu.Sedangkan Lilis adalah teman satu pesantren mahasiswa dg Mila yg masih kuliah di SI Perikanan UNIBRAW.

"Lalu bagaimana caranya agar Chessa nggak ngambek lagi,Pak?"
"Itulah yg sedang saya pikirkan!" Pak Ali segera memutar otaknya untuk berpikir keras.Wajahnya terlihat aneh saat ia berpikir,"Nah! Itu,Ris! Coba lihat bunga ada yg dikeranjang sebelahmu itu! Itukan aster! Bukankah Chessa sangat suka dg aster warna merah muda?"


Aster merupakan bunga yg bentuk dan ukurannya mirip dg bunga Matahari.Bunga Aster berbentuk melingkar atau seperti bintang dg kelopak dan mahkota bunga yg banyak dan terpisah.Mahkota bunga pada bunga ini ada yg panjang dan ada yg kecil,bermekaran mengelilingi bunga2 kecil yg ada ditengahnya.Bunga ini juga harum sekali karena bentuk yg sederhana dan indah sering diidentikan dg simbol kesederhanaan,keriangan dan kegembiraan.

"Iya,Pak! Tapi Aster itu sudah sedikit layu sebenarnya Aster itu sengaja saya simpan untuk Chessa tapi ia malah ngambek dan nggak kesini!"
"Sedikit layu nggak apa2.Sudahlah! Bungkus saja! Nanti saya akan memberikannya pada Chessa agar ia nggak ngambek lagi."
"Baiklah kalau begitu." Kemudian Faris membungkus Aster yg berwarna merah muda dg selembar kertas, "Pak Ali tak perlu membayarnya ini sudah tak layak jual.Sampaikan juga permintaan maaf saya padanya jika kata2 saya kemarin kurang nyaman baginya."

"Oke!" Pak Ali segera beranjak pergi.
"Tunggu,Pak! Ada yg mau saya titipkan untuk Chessa."
"Apa,Ris?"
"Sebentar,Pak.Biar saya ambilkan dulu dikantong jaket saya dibelakang."
Tak lama kemudian,Faris telah kembali dg menyerahkan selembar kertas pada Pak Ali.

"Ini adalah tiket masuk acara talk show minggu depan di Samantha Krida untuk Chessa.Semoga Chessa bisa menemani saya diacara tersebut."
"Baiklah.sampai nanti,Ris!"

Sementara itu,suasana dirumah Chessa juga sudah menampakkan berbagai aktifitas.Ayahnya yg dihari biasanya harus buru2 kekantor pemerintahan kota Malang,pagi ini nampak santai sembari membaca koran pagi dan menikmati secangkir kopi disampingnya.

Sedangkan Chessa yg malas,masih memakai pakaian tidur dan sandal lembut berbentuk boneka kelinci.Chessa dg rambut acak-acakan,menggelayut manja dipundak ibunya yg sedang mempersiapkan sarapan pagi.Hari minggu bagi Chessa adalah hari yg tepat untuk memanjangkan tidurnya.Terlebih saat ini ia sedang cuti shalat.

"Lho,Bu! Ini bunga dari mana?"Mata Chessa seketika terbelalak melihat Aster dalam vas bunga pojok dapur.Ia langsung mengambilnya dan langsung membenamkan wajahnya ke Aster merah muda itu.Harum Aster itu dapat menyihir wajah Chessa jadi berseri.

"Pakai tanya dari mana! Ya,dari kakak yg paling kamu banggakan itu.Tadi Pak Ali yg membawanya."
"Oh...Mas Faris genit juga ya,Bu! Ia kirim bunga buat Chessa.Mungkin Ia nyesel telah nelantarkan adiknya yg paling cantik ini.He... He... "

"Husss...Ngawur kamu,Chess! Lha wong itukan bunga yg biasa kamu pesan! Memangnya kenapa kamu beberapa hari ini nggak mengunjungi kakakmu lagi? Sampai2 bunganya layu seperti ini."

"Ia sok,Bu! Kuper! Aneh! Jadul bin Kolot! Sudahlah,Bu! Chessa males ngomongin dia!"

"Lalu kenapa kamu betah peluk Aster itu?"
"He... He...,lupa! Iya,ini Chessa taruh lagi divas! Huh,Ibu!"
"Eh,tadi Pak Ali juga titipkan ini untukmu.Kata Pak Ali,Faris ingin kamu menemaninya di acara minggu depan."

Chessa menerima secarik kertas dari ibunya lalu memerhatikannya dg seksama.
"Talk show:Manajamen Cinta... Menikah sambil Kuliah? Kenapa tidak!" Chessa membacanya perlahan,"Oh,mungkin Mas Faris ingin Chessa menemaninya ditalk show ini,Bu"
Ibu Chessa mengangguk berkali-kali.

"Hore!!! Akhirnya,Chessa bisa jalan2 dg Mas Faris! Tapi kok tema talk shownya aneh banget ya,Bu?
Chessa kan masih anak2! Lagipula,nggak biasanya Mas Faris pake ajak Chessa diacara kampusnya.Tapi nggak papa,deh! Yg penting bisa jalan berduaan dg Mas Faris!"

Seketika Chessa langsung memeluk ibunya dg erat sembari melambungkan angan indahnya bersama kakaknya.

Mila kembali merapikan bunga2 potong di ember dan buah yg tertata dirak.Sesekali ia menengok jam tangan yg melingkar ditangan kanannya.
Ia cemas,ia menunggu Faris untuk menggantikannya di kedai karena Mila harus segera bersiap untuk kuliah.

Sementara Lilis sudah pulang lebih dulu.Ferdian yg biasa menggantikan Mila siang itu sedang pulang kekediri.Terpaksa Faris yg harus menggantikannya.Sebenarnya Faris hanya bertugas menyortasi buah dan bunga yg layak jual,tetapi seringkali ia juga menemani Ferdian menjaga kedainya disore hari.

"Afwan,Ukhti.Tadi ada mahasiswa yg ingin bimbingan.Materinya agak rumit,jadi agak lama padahal semestinya,jadwal bimbingannya kemaren sabtu.

Kedatangan Faris yg tiba2 membuat Mila sedikit terkejut.
"Ah,nggak apa-apa.Belum telat kok"Jawab Mila sembari menundukan kepala, "Oh,ya tadi pagi,Ada Pak Herman kesini.Beliau ingin memesan 100 buah semangka untuk dihidangkan dipesta pernikahan putrinya."

"Oh,ya? Kapan?"
"Sekitar 2 minggu lagi.Beliau juga memesan beberapa macam bunga untuk dekorasi pelaminannya. Pesanan lengkapnya ada didalam laci,Mas."

"Baiklah.Segera saja akan kuhubungi Mahar untuk menyiapkan segalanya,semoga semua bisa terpenuhi."
"Oh,ya.Tadi pagi Mas Faris buru2 pergi,padahal ada brownies,"kata Mila sembari membuka kotak yg berisi brownies dan meletakannya dimeja samping Faris.

"Subhanallah! Jazakillah ya,ukh.Brownies coklat ya! Buatan sendiri,nih? Ah,sayang Ferdian nggak ada.Ia juga suka banget lho dg brownies buatanmu!"
Mila tak menjawab.Hanya tersenyum dg tetap menahan pandangannya.Sementara Faris segera mengambil tempat duduk.Kemudian langsung memotong brownies tersebut dan menyantapnya.

"Sekarang saya pulang dulu.Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam warahmatullah... Jazakillah ya,ukh" kata Faris dg mulut yg belepotan brownies.
"Mil... Mil... Sabtu depan kamu datang ke talk showkan?"

"Insya Allah..."
"Apa saya bisa minta tolong?"
"Apa ya,Mas?"
"Chessa... Kamu kenal dia kan? Insya Allah,Ia akan datang ke talk show jika memang jadi datang,tolong kamu temani dia ya... Bisa kan?"

"Mil... Mil... Sebentar Mil..." Mila yg telah ditepi jalan raya,hendak menyeberang,terpaksa harus kembali ke kedai.
"Iya,Mas.Ada apa?"
"Kalau Chessa menggunakan pakaian yg seronok,tolong minta dia ganti pakaian untuk itu,bawakan juga gamis panjang dan kerudung yg bagus dan sesuai untuknya.Jika ia tak mau ganti,bilang saja saya yg nyuruh!"

"Baik,Mas.Sudah Mas? Ada lagi?"
Faris hanya nyengir "Mil... Mil..."
"Apa lagi,Mas?!!" tanya Mila sewot tapi tetap menundukan kepala.
"Jazakillah ya..."
Mila tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala berkali-kali,"Mila pulang dulu,Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam warahmatullah..."

Faris segera mengambil daftar pesanan Pak Herman lalu menghubungi Mahardiansyah guna memastikan pesanan2 dapat terpenuhi semua.Mahardiansyah bekerja dikebun cangar,kebun penelitian milik Fakultas pertanian UNIBRAW.Dikebun yg luasnya berhektar-hektar tersebut,dikembangkan sebagai penelitian berbasis pertanian organik.Hampir semua tanaman yg dibudidayakan dikebun cangar adalah organik hanya beberapa lahan saja yg tidak menggunakan sistim pertanian organik.

Semua buah-buahan yg dijual dikedai Evergreen semua berasal dari kebun Cangar dan dapat dipastikan organik.Setiap pekan atau jika ada tambahan pesanan,Mahardiansyah selalu mengirimkan buah2 organik hasil dari kebun Cangar ke kedai Evergreen.

Pada awal perintisan kedai Evergreen oleh Faris dan Mahardiansyah dulu mereka sering belanja buah-buahan dipasar Dinoyo namun buah-buahan yg ada dipasar Dinoyo tidaklah organik seperti dari kebun Cangar.Harganya pun jauh lebih murah jika dibandingkan dg buah-buahan organik.

Tapi konsumen sekarang banyak memilih buah-buahan organik.Mereka tahu akan manfaat dan kandungan vitamin dalam buah organik lebih banyak daripada non organik

Selain buah terasa lebih segar karena perawatannya tanpa menggunakan bahan2 kimia.Meskipun para konsumen harus merogoh kocek lebih banyak ketimbang untuk membeli buah non organik.

"Kalau untuk 100 buah semangka kayaknya tidak ada dikebun mungkin hanya sekitar 70 buah saja tapi nanti aku carikan kekurangannya dipetani sekitar semoga saja bisa terpenuhi 100 buah!"kata Mahardiansyah via ponsel.

"Baiklah.Jazakkallah,Har!"
"Bagaimana kabar Mila,Ris?"
"Alhamdulillah,Insya Allah adikmu baik2 saja.Baru saja ia pulang."
"Tolong jaga dia ya,Ris.Jangan sampai ia kena virus merah jambu! Aku ingin ia konsen kuliah dulu!"
"Mila jatuh cinta? Kamu nggak salah,Har? Ia terlihat baik2 saja lagipula jika Mila ingin segera menikah bukankah itu hal yg bagus? Kamu sendiri nikah saat semester 4.

"Nggak semudah itu,Ris! Mauku juga begitu,ketika ia dah mantep ingin cepat menikah,aku memilihkan suami yg saleh dan cocok untuknya.Tapi masalahnya..."
"Masalahnya apa,Har?"

"Ah,sudahlah Ris! Yg jelas tolong jaga Mila untukku jika Ia sedikit saja salah jalan,tegur saja dia.Ngerti kan maksudku?"
"Baiklah,Har! Besok akan kusampaikan salam dan nasihat darimu untuk Mila"
Setelah mengakhiri pembicaraan.Faris bertanya-tanya dalam hati.Apakah memang benar jika Mila segera ingin menikah? Dengan siapa? Subhanallah! Jangan2 lelaki yg dimaksud adalah Ferdian? Bisik Faris dalam hati.Ia teringat beberapa hari yg lalu,Ferdian bercerita banyak tentang perasaannya kepada Mila.
Wah! Gawat nih! Mereka harus segera dikarantina! Agar nggak salah arah! Faris berpikir keras mencari jalan keluar bagaimana caranya agar mereka tidak saling berdekatan.

Bagaimanapun,virus merah jambu sangat canggih dan ganas dalam penularannya tapi virus merah jambu akan terasa semanis madu setelah pernikahan yg penuh berkah terjadi.

Saat Faris tengah berpikir menemukan cara untuk menetralisir virus merah jambu yg terjadi diantara Ferdian dan Mila,sebuah taxi biru berhenti tepat didepan kedainya.

Seorang lelaki yg berusia sekitar 60 tahun keluar dari mobil dg sebuah tongkat ditangannya.Meski menggunakan tongkat,lelaki tua tersebut terlihat masih tegap dalam berjalan.Sementara sopir taxi berjalan mengiringnya.Faris mengucapkan salam terlebih dahulu sembari melemparkan senyuman kepada mereka.Lelaki tua bernama Pak Burhan,pengusaha bisnis properti dikota Malang.

"Kamu benar,Ris! Buah organik memang terasa beda.Sekarang saya ingin melon organik itu lagi" ucap Pak Burhan semangat
"Selain lebih segar,buah organik memang lebih menyehatkan karena memang tanpa residu bahan kimia didalamnya,"kata Faris sambil memilih melon terbaik untuk pelanggannya tersebut.

"Begitukah caramu memilih melon?"
"Iya,Pak.Melon yg manis biasanya ditandai dg patahan tangkainya atau butterspotnya terlihat mekar dan berwarna kekuningan.Selain itu,melon yg guratan uratnya banyak dan tebal seperti ini adalah tanda buah sudah matang sewaktu dipanen dan yg paling mudah,tanda melon itu bagus adalah baunya wangi"

Sementara itu Pak Burhan hanya mengangguk -angguk sembari memerhatikan ember yg berisi mawar merah.
"Mawar merah ini cocok untuk ibu"kata Faris saat memberikan setangkai mawar merah pada Pak Burhan tetapi Pak Burhan malah tertawa berbahak sampai terbatuk-batuk

"Itukan bagi kalian yg muda-muda masak sudah kaki-kaki seperti ini mau berikan gituan pada istrinya ngawur kamu,Ris!"
"Eh,jangan salah,Pak.Justru kedai ini melarang kerar jika untuk muda-mudi yg beli bunga dikedai ini untuk pacarnya! Tapi jika untuk istri,suami,keluarga maka kami akan berikan potongan harga atau bonus bunga! Lha seperti promo ini,Pak!"jelas Faris sembari menunjukan promo didinding kedai,"UMMI DAY:Hari Bunga Untuk Ibu".
Maksudnya disetiap hari sabtu dan minggu,kedai kami akan memberikan bonus 1 buket bunga bagi pelanggan yg membelikan bunga untuk Ibu atau Istrinya! Jadi beli satu buket dapat 2 buket bunga!"

Lelaki tua itu tetap tertawa meski Faris telah menjelaskannya dg panjang lebar.
"Tapi aku malu,Ris! Selama ini,aku tak pernah memberikan bunga untuk Istriku jangankan bunga,kata cinta saja tak pernah aku ucapkan setelah kami menikah"

"Makanya,Pak.Inilah saat yg tepat untuk menyatakan cinta dan sayang Bapak pada Ibu.Ibu pasti akan bahagia sekali menerima bunga ini terkadang memang ada hal tertentu yg tak bisa diucapkan dg kata2.Lha,dg bunga inilah,Bapak bisa menyelipkan kata cinta untuk Ibu"

Tiba-tiba mata lelaki tua itu berkaca-kaca,"Terserah kamulah,Ris! Bungkuskan mawar itu untukku!"
"Baik,Pak.Karena hari ini program spesial UMMI DAY,maka Bapak mendapat 2 buket mawar merah dg cukup membayar 1 buket saja."

"Terima kasih,Ris.Tapi jangan lupa bungkuskan juga 2 melon yg kau pilihkan tadi"
"Siap,Pak!"
Faris dg cekatan membungkus semua pesanan Pak Burhan

Tepat jam 9 malam,semua penerangan didalam masjid telah mati tinggal beberapa lampu diserambi masjid yg masih dibiarkan benderang.Beberapa jamaah yg menghabiskan selepas isya tadi dg membaca Al-Qur'an dimasjid,kini telah pulang.Gorden telah tertutup rapat,begitu juga pintu dan jendela2.Faris segera mengunci pintu gerbang depan masjid rapat2 lalu Ia bergabung dg Sais dan Ferdian yg telah menunggunya dikamar ta'mir.

Ferdian baru saja kembali dari kediri ba'da Ashar tadi.Sekarang mereka bertiga sedang menikmati camilan yg dibawa Ferdian,sembari bercerita tentang kesehatan Ibu Ferdian yg sudah mulai membaik.

Sejak awal kuliah di DIII pertanian hingga transfer ke SI dan melanjutkan S2 Management UNIBRAW,Faris telah tinggal dimasjid tersebut jadi hampir 7tahun,Ia telah menjadi ta'mir masjid terbesar dikelurahan Ketawanggede tersebut.Baginya,sebuah keuntungan bisa mengabdikan diri di rumah Allah.Merawat,menjaga dan meramaikan masjid.

Tak saja berburu amal yg baik dg menjadi imam shalat berjamaah,adzan,iqamah,hingga menyapu dan mengepel lantai serta membersihkan kaca jendela agar tak berdebu dan segala aktivitas lain.Dan yg terpenting shalat jamaah Faris selalu terjaga.

Seringkali Faris mendapat tawaran untuk kos,kontrakan bahkan ada teman yg rela menitipkan rumah disuatu perumahan untuk Faris tinggali tapi Ia menolaknya bukan karena tak mampu untuk sekadar cari kos atau ingin ngirit dg tinggal dimasjid.Gajinya sebagai dosen dan ditambah laba lain dibeberapa lini usaha yg dibangunnya dg beberapa temannya lebih dari cukup untuk cari kos atau rumah kontrakan.

Bagi Faris,tak ada yg lebih indah dibandingkan jika diingatkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.Saat didalam masjid tersebut,dada Faris selalu berdebaran tasbih dan gemuruh zikir.Selalu saja Ia ingin cepat2 memperbarui wudhunya,Shalat 2 rakaat lalu mengisi waktu dg membaca Al-Qur'an selalu saja Ia merasa berdesakan dg ribuan malaikat yg sedang bertasbih,lalu membangunkanmya disepertiga malam terakhir,saat tiba2 ia tertidur dalam i'tikafnya.selalu saja.

Sementara Ferdian sudah 2tahun tinggal dimasjid tersebut sedangkan Sais baru setahun yg lalu.Sais masih aktif dibangku S1 jurusan budidaya perikanan dan Ferdian sedang mengerjakan proposal untuk skripsinya dijurusan peternakan.Pendahulu mereka berdua sudah kembali ke daerah asal setelah menuntaskan S1 hanya Fasis yg masih bertahan dimasjid tersebut.Ia tak mungkin malu tinggal dirumah Allah malah sebuah kehormatan.

Meski tinggal dimasjid,Faris memiliki beberapa lini usaha yg bekerja sama dg teman atau instansi.Baik teman seketika S1 dulu atau saat S2 sekarang ini.Bahkan Faris juga terlibat beberapa proyek yg dikembangkan oleh beberapa dosen senior di UNIBRAW.

"Oh ya,Fer! Sebenarnya ide ini sudah aku endapkan selama berbulan-bulan.Aku ingin segera merealisasikannya aku butuh bantuanmu,Fer!"

"Bisnis atau bukan? Kalau bisnis it's oke-lah!"
"Kapan aku pernah bicara bukan soal bisnis? Selalu uang dan uang!"
Mereka tertawa bersama sementara Sais membuka jendela kamar tersebut.Sedetik kemudian angin malam merangsek masuk,menyelinap pada poster besar bergambar ka'bah dan masjidil haram didinding kamar.Poster tersebut sedikit mengembang karena berangin untung saja ada paku yg kuat menahannya.

"Proyek ini memiliki konsep sebuah kepedulian lingkungan bernama Town Clean dan Care.Town Clean dan Care ini mempunyai tugas untuk membebaskan kawasan kita dari sampah.Kamu tahu sendirikan,Fer.Dilingkungan koskosan elite di gang Watu Gong dan sekitarnya,banyak sampah yg masih berserakan dan kurang terkontrol kebersihannya memang telah disediakan banyak tong sampah tapi kebanyakan telah penuh hingga meluber dan mengotori jalan sehingga menyebabkan bau disana sini pemandanganpun jadi kurang nyaman.Kos elite pun jadi tanpak kumuh.

Itu mungkin karena sedikitnya jumlah personel kebersihan yg dikerahkan sedangkan area yg harus mereka tangani sangat luas sekali.Nah,kita nih nantinya atas nama Remaja Masjid peduli lingkungan berperan sebagai pihak swasta yg ikut membantu pemerintah dalam rangka membersihkan lingkungan kita ni dri sampah"

Faris berhenti sebentar,membiarkan Ferdian terlihat terbius dg perkataannya kemudian Faris melanjutkan kembali, "Lha bentuknya,Fer.Kita akan memberikan 2 kantong sampah yg berukuran sedang untuk kos-kosan atau rumah makan yg mau kita kelola sampahnya.2 kantong sampah itu maksudnya,satu untuk sampah kering dan satu lagi untuk sampah basah.2 kantong tersebut dapat diletakkan didalam atau disamping kos.Pemilik kos dan penghuni kos nya tak perlu repot2 membuang sampah keluar rumah jadi tong sampah didepan kosan mereka hanya akan jadi tong sampah buat sampah yg ada dijalan.

"Lha,kita Fer.Setiap sore atau sekitar bada Ashar,kita akan mengambil satu persatu kantong sampah dikos-kosan lalu mengangkutnya dg mobil pick up dan membawanya ketempat pembuangan sampah supit Urang kota Malang.Jika memungkinkan kedepan kita juga bisa bekerja sama dg pihak pengelola sampah organik,agar sampah2 itu diolah menjadi kompos atau mungkin bekerja sama dg pengrajin daur ulang dari sampah.

"Kita nanti bekerja secara profosional dan serapi mungkin,Fer.Jangan sampai terlihat kumuh dan jorok.Sampah boleh kotor tapi kita sebagai agen lingkungan yg sebenarnya nih,nggak boleh terlihat kotor.Harus bersih!
"Nah! Sekarang masuk itung-itungan bisnis! Dengarkan,Fer! Setiap kos-kosan atau rumah makan yg ikut dalam program kita nih,Fer.Wajib membayar infaq sebesar 1000 rupiah perhari untuk 2 katong sampahnya.Insya Allah,Ibu kos elite atau rumah makan banyak yg mau kok untuk membayar segitu agar lingkungannya terlihat bersih.Ia pun tak perlu repot2 gembar-gembor ke mahasiswa yg kos untuk buang sampah yg ada dikamarnya yg telah menggunung mereka cukup memasukkan sampah kekantong sampah yg kita sediakan didekat mereka.Mereka tak akan merasa jorok dg kantong sampah tersebut karena setiap hari kita mengambil kantong sampah2 tersebut lalu kita menggantinya dg kantong sampah yg bersih.

"Coba saja kamu itung sendiri,jika seandainya ada 100 saja kos-kosan atau rumah makan yg ikut program ini sehari saja,kita sudah mengumpulkan 100.000

Sebulan? Itung aja sendiri! Tapi tidak semua itu hak kija,Fer.Dari 1000 rupiah tersebut,500 rupiah saja menjadi milik kita sedangkan sisanya untuk beli bensin mobil pick up dan ongkos cuci kantong sampah selebihnya adalah sedekah kita kemasjid ini untuk mobil pick up nya nanti aku usahakan pinjam saja pada seorang teman di S2.Ia seorang kontraktor yg akrab sekali denganku jadi kita tak perlu keluarkan uang untuk sewa mobil."

Ferdian terlihat serius sekali mendengarkan penjelasan Faris.Seakan membenarkan apa yg baru saja didengarnya.
"Lha,masalahnya,Fer.Saat ini hanya kamu yg bisa mengemudikan mobil untuk itulah,aku meminta bantuanmu untuk mengemudikan mobil pick up yg akan kita gunakan nanti untuk mengangkut kantong sampah dari kos-kosan.Bagaimana,Fer? Aku yakin kamu pasti setuju!"

"Lalu bagaimana dg kedainya?"
"Beberapa bulan lalu,Mila bercerita bahwa sebenarnya Vika,adik kosnya ingin bekerja dikedai.Mungkin sekaranglah saat yg tepat untuk sementara membantu mereka saat sebelum kedai buka dan saat hendak tutup tapi untuk pagi dan sore hari biar Mila,Lilis dan Vika yg menjaganya kau tak perlu lagi menghabiskan waktu siangmu dikedai.Dengan program Town Clean dan Care,kau bisa bekerja sedikit waktu tapi dg hasil yg lumayan untuk sementara,biar aku saja yg menemanimu bekerja untuk 1 atau 2 bulan pertama.Untuk selanjutnya biar Sais atau lainnya saja yg menemanimu.Bagaimana,Is? Mau nggak?"

"Siap!!!" tiba2 Sais menyalak dg semangat.
"Baiklah.Aku bersedia ikut proyek ini "ujar Ferdian yg tak kalah semangat.
"Nah! Tinggal besok kita bicarakan ini lebih lanjut dg Pak H.Abidin,selaku ta'mir masjid ini kemudian kita buat proposal dan kita ajukan ke Pak RT pihak pengelola TPS dan lain2"kata Faris mengakhiri pembicaraan.
Faris akhirnya bernafas lega karena rencana untuk memisahkan Ferdian dan Mila untuk sementara waktu akan segera terwujud

Dalam pikiran Faris,jika Ferdian tetap dibiarkan bekerja dikedai dan tiap hari ketemu dg Mila,maka rentan sekali tumbuh virus Merah Jambu yg mengkhawatirkan apalagi Faris teringat dg pembicaraan dg Mahardiansyah siang tadi bahwa jika Mila ingin segera menikah dg lelaki.Sementara lelaki itu belum siap untuk menikah dalam benak Faris,ketidaksiapan Ferdian untuk menikah mungkin karena faktor ekonomi untuk itu,Faris ingin membantu Ferdian untuk berwirausaha dalam bentuk program Town Clean dan Care tersebut selain nantinya,Faris juga akan melibatkan Ferdian kebeberapa lini usaha yg telah Faris kelola.

Senandung nasyid telah terdengar syahdu diluar halaman gedung Samantha Krida.Terlihat beberapa mahasiswa saling bercengkrama didepan gedung ada pula yg sedang menikmati jajanan buku dari stand yg disediakan panitia didepan dan samping gedung tapi sebagian besar mahasiswa berada dalam gedung karena sebentar lagi Talk Show Manajamen Cinta segera dimulai beberapa pot yg berisi pohon bambu hias nampak berjajar tapi membelah antara peserta putra dan putri.

Untuk sementara,terlihat jumlah putri 2 kali lipat dari putra hingga membuat gedung yg biasa sebagai tempat berlangsungnya wisuda dan dies natalis kampus tersebut terasa jadi lautan jilbab.

Talk Show tersebut menghadirkan Ust.Salim Abdullah dari Yogyakarta dan Ust.Anif Sirsaeba dari semarang sebagai pembicara yg didampingi seorang motivator lokal dari Malang sendiri.

"Mbak Mila,apa nggak apa2 nih,Chessa pakai ginian? Kayaknya semua yg hadir pakaiannya longgar2 sedangkan Chessa?"tanya Chessa ragu2 pada Mila.Nampak mereka berjalan dg sedikit tergesa.Mila terpaksa menghentikan langkahnya dan memandang Chessa.

"Nggak apa2 kok,Chess! Toh,kamu telah berjilbab dan menutup aurat"
"Tapi,Mbak.Pakaian Chessa kan agak ketat kerudung Chessa juga kecil"
"Baiklah kalau kamu merasa nggak nyaman dg pakaianmu,kebetulan Mbak membawa satu gamis panjang dan kerudung lebar dalam tas Mbak.Kamu bisa memakainya"

"Oh,ya?! Ya,Mbak.Chessa mau!"
"Baiklah.Ayo sekarang kita kemasjid kampus kamu nanti bisa ganti dikamar mandinya tapi cepat,ya! Acaranya sudah dimulai tuh!"
Karena letak gedung Samantha Krida berdekatan dg masjid kampus Raden Fatah UNIBRAW,suara tepuk tangan dan gema takbir pun terdengar membahana.Pertanda Talk Show telah dimulai dan itu membuat Mila cemas.Mila tak ingin kehilangan waktu sedetikpun untuk menyaksikan 2 Ustadz favoritnya sedang berbagi ilmu.Mila juga telah membawa buku"Terapi Virus Merah Jambu" karya Ustadz Anif Sirsaeba dan "Bersenandung Diatas Awan Cinta" karya Ustadz Salim Abdulah.Ia berharap akan mendapatkan tanda tangan dari mereka.
Cepat Chess... Cepat... Cepat... Lirih Mila dalam hati sambil menangkupkan kedua tangan didekat bibirnya yg tak henti seperti berkomat kamit.Mila yg menunggunya dihalaman masjid kampus nampak cemas,sementara Chessa sedang mengganti pakaian.Ia berjalan mondar-mandir kesana kemari.Mila cemas sekali.Sesekali matanya tertuju dalam Gedung Samantha Krida.

Beberapa menit kemudian,Chessa keluar dari masjid.Chessa terlihat anggun sekali dg gamis panjang warna merah marun dg kerudung putih bermotif bunga yg jatuh melambai sepinggang.

"Wah,kamu cantik sekali,Chess!"
"Makasiiih... Chesa merasa jadi Fatimah Az-Zahra!"
"Ayo,Chess! Cepat kita masuk kedalam gedung" Mila menarik tangan Chessa dan mereka pun setengah berlari menuju gedung Samantha krida.

Mereka segera mencari tempat yg kosong tentu yg tersisa dibagian belakang.Mila tidak mau,Mila segera menarik tangan Chessa kembali untuk diajaknya kebagian tengah.
Permisi... Afwan... Permisi... Kata Mila tersenyum setiap melewati peserta Talk Show.Akhirnya mereka mendapatkan tempat duduk yg nyaris bagian terdepan meski sedikit berdesakan,tapi Mila senang bisa melihat jelas 2 Ustadz favoritnya mata Mila berbinar penuh semangat sedangkan Chessa sedang asyik merapikan letak kerudungnya.

"Mas Faris mana ya,Mbak?"bisik Chessa
"Ssstt... Nanti saja bicaranya!"isyarat Mila dg jari telunjuk dibibirnya

Chessa menuruti permimtaan Mila.Kedua kini hanyut dalam suasana Talk Show yg penuh semangat terlebih Ustadz Anif Sirsaeba yg juga seorang motivator berhasil memprograganda peserta Talk Show dg baik gayanya yg blak-blakan,humoris dan ceplas-ceplos telah menyihir seluruh peserta Talk Show.Kedua pembicara tersebut selalu menyerukan untuk segera menikah dini agar dampak Virus Merah Jambu tidaklah negatif.Talk Show pun terlihat semarak dan hidup terutama bagi Mila.

Meski awalnya Chessa malas untuk berangkat karena bukanlah Faris yg menemaninya tetapi Mila.Padahal setelah Chessa menerima undangan untuk hadir di Talk Shom dari Faris,Ia tlah berkhayal akan bersama seharian dg Faris.
Karena Farislah yg meminta Chessa untuk menemaninya tapi khayalannya tersebut buyar saat melihat langsung Talk Show.Chessa menganggap Faris telah mengkhianati janji mulanya Chessa kecewa dg sikap Faris,tapi tidak lagi setelah melihat acara tersebut namun sesekali mata Chessa berlarian kesana kemari berharap menemukan sosok yg paling ia kagumi diantara puluhan peserta Talk Show tapi Chessa tetap gagal.Chessa tak menemukan Faris.

Seusai acara,Mila mengantar Chessa pulang.
"Afwan ya,Chess.Mas Faris nggak bisa temanimu hari ini"
"Ah,nggak apa2 kok,Mbak.Awalnya memang Chessa berpikir macam2.Chessa pikir bisa bersamaan seharian dan bergandengan tangan dg Mas Faris tapi setelah tahu dari penjelasan Ustadz tadi,jika yg begituan itu nggak boleh"

Mila tersenyum mendengar penuturan Chessa.
"Oh ya,Chess! Sebenarnya rencananya Mas Faris juga datang diacara ini tetapi pagi2 Ia harus berangkat ke Cangar untuk menemui kakakku disana.Ada pesanan buah dan bunga yg sangat banyak buat minggu depan jadi harus dipersiapkan mulai sekarang lagipula,Mas Faris ada pertemuan rutin nanti sore disana"

"Tapi kenapa Mas Faris bilang ingin Chessa yg menemani?"
"Oh,jika Mas Faris nggak bilang gitu,Chessa pasti akan malas datang tapi kamu nggak marahkan,tadi Mbak yg jemput bukan Mas Faris?"
"Awalnya sih iya,Mbak.Tapi sekarang nggak lagi Chessa senang sekali ada banyak ilmu baru buat Chessa apalagi sebentar lagi Chessa mau masuk kuliah.Chessa harus pinter2 jaga pergaulan!"

Mila tersenyum sembari menatap Chessa yg benar2 anggun dg kerudung putihnya.
"Eh,Mbak.Kenapa ya Chessa semakin nyaman dg memakai gamis ini? Damai sekali rasanya kok kalau Chessa rasa dg memakai gamis dan jilbab,Chessa merasa selalu ingin tertunduk dan menjaga pandangan ada apanya ya Mbak.Chessa kok merasa aneh,tapi indah..."

"Itu artinya ada tanda2 cinta dari Allah,Allah Yubaarik Fik,Chessa! Segera saja kauyakinkan dirimu untuk terus memakainya"kata Mila lirih

"Insya Allah,Mbak,"jawab Chessa.Acara Talk Show tlah selesai. Sementara hangat sinar matahari sore itu menemani langkah2 kecil mereka untuk kembali pulang.

Petang itu,sinar matahari terasa hangat senja perpisahan yg ditawarkanya mampu menyihir sebagian bumi menjadi hamparan emas hingga tak ternilai harganya.Kawasan burung dg formasi unik,nampak seakan bermigrasi formasi mirip huruf V dg ujung lancip didepan mirip mata panah konon formasi tersebut memang sengaja dibentuk oleh jamaah burung untuk berbagi kuat arus angin.Kepakan burung yg berada didepan memberikan arus angin bagi burung yg ada dibelakang namun agak serong sedikit.Begitu seterusnya untuk itu,seorang burung pemimpin haruslah kuat dalam mengantarkan saudara2 nya yg lain sedangkan jamaah dibelakangnya bertugas memberi yel2 dan genderang semangat.

Sementara itu,angin masih bertingkah rimgan diranting pepohonan Villa yg bergaya khas Indonesia tersebut terletak ditepian Songgoriti,salah satu kawasan Villa di Batu Malang.Villa yg tidak ingin terjebak dalam satu prinsip dominasi-misal unsur Jawa,Sunda,Thionghoa ataupun minimalis-itu nampak berdiri anggun diatas tanah seluas 4.000 m2.Sementara luas rumahnya sendiri adalah 400 m2.Sebuah Vila yg mengusung konsep menyatu dg alam tersebut mengombinasikan unsur kayu,batu,air dan bunga sebagai cerminan nuasa alam tropis khas Indonesia.

Sedangkan foyer yg membelah 2 ruangan yakni ruangan depan dan tengah adalah sebuah taman sederhana.Ada kolam kecil yg ditumbuhi teratai diatasnya sementara bagian tengah kolam terdapat air mancur yg gemericik jernih berjatuhan diatas daun teratai.Di sekeliling kolam tumbuh pula bunga krisan putih seakan menambah keanggunan vila tersebut yg memang didominasi warna putih mulai dari tembok,granit,gorden,sofa,aksesoris ruangan hingga bunga2 nya semuanya berwarna putih adapun bagian atas taman tersebut dari plastik sehingga sinar matahari dapat leluasa masuk kedalamnya.

Vila cantik ini milik Faris dan Mahardiansyah.Baru 2 tahun Vila ini berdiri.Mereka sendirilah yg mendesain vila yg tak disewakan ini.Vila ini sengaja dibangun untuk tempat berlibur bagi mereka baik keluarga Faris/keluarga Mahardiansyah Karena hanya Mahardiansyah saja yg telah berkeluarga maka sementara ini hanya Mahardiansyahlah yg paling sering memanfaatkan vila ini disetiap akhir pekannya.

Sebuah halaqah kecil sedang berlangsung dalam vila tersebut diawali dg shalat ashar berjamaah dan pembacaan doa Al-Ma'tsurat bersama kemudian dilanjutkan dg kajian keislaman oleh Ustadz Fauzan dari Singosari Malang.Berteman teh hangat dari daun pepermint yg menyegarkan dan beralaskan permadani tebal,Halaqahpun berlangsung.

Tampak Faris dan Mahardiansyah bergabung dalam pertemuan kecil tersebut.Mabit Halaqah yg dihadiri oleh 6 orang itu berlangsung setiap pekan sekali dg mengagendakan mabit setiap bulannya divila tersebut mereka menginap semalam divila itu.Profesi mereka pun bermacam macam.Pak Hadi seorang pengajar di MAN I Malang,Pak Rasyid seorang dosen di UNISMA,Pak Salahuddin Ali yg seorang petani Apel yg sukses hingga Pak Nanang yg pensiun PNS.Mereka tak hanya ikut halaqah bulanan divila tersebut tapi juga mengikuti mabit halaqah pekanan ditempat yg berbeda.

Kini matahari telah menghilang dibalik bukht tapi semburat warna jingganya masih memaksakan diri untuk menerobos ranting dan daunan pepohonan yg menghujam kelangit.Halaqah pun berakhir seiring tergelincirnya senja.Hanya Mutaba'ah Amalan Yaumiyah dan percakapan kecil yg sedang berlangsung.

"Bagaimana.Pak Faris apa masih semangat nih untuk ke Makkah?"tanya Ustadz Fauzan sembari membenarkan letak kaca matanya.
"Insya allah! Mohon doa restunya,Ustadz!"jawab Faris penuh keyakinan.
Haji! Bagi Faris,tak ada yg mengobsesi dirinya selain untuk segera menunaikan Rukun Islam yg ke 5 tersebut dadanya selalu gemuruh rindu begitu kata Makkah itu atau Haji tersebut.Airmatanya selalu meleleh manakala ia mendengar seorang mengucapkan Labbaik Allahumma Labbaik seketika itu angannya langsung berhambur dan terbang menuju kota Makkah dan membayangkan dirinya sedang berada diantara ribuan manusia yg sedang Thawaf mengelilingi Ka'bah.

Sementara awal kuliah S1 dulu Faris memang telah ber azzam untuk segera memenuhi panggilan berhaji.Ia pun mengumpulkan pundi2 bekal dari hasil jerih payahnya.Mulai dari jaga parkir,loper koran sore,pencuci piring di kedai Pujasera,menjual buah dan sayuran,bisnis pembuatan Bokashi dan media tanam hingga mendirikan kedai Evergreen bersama Mahardiansyah dan beberapa lini bisnis yg dibentuknya bersama rekan dosen yg lain.

Tak mudah bagi Faris melewati semua ini ada banyak halangan yg harus Faris tempuh.Apapun bentuk pekerjaannya asal halal dan menguntungkan maka Faris akan melakoninya agar bekal berhaji segera terkumpul.Padahal Faris juga membiayai ke 2 adik perempuannya yg masih duduk diperguruan tinggi selain membiayai kuliah S2 nya sendiri tapi Azzam telah terpahat dalam hati Faris agar niatan berhaji bersama Ibunya tercinta segera terwujud meski harus tertatih dan seringkali terjungkal dalan mengumpulkan bekal Ongkos Naik Haji(ONH).

Bagi Faris,haji jangan menunggu tua karena Ibadah Haji membutuhkan kondisi fisik yg prima jika kondisi badan baik maka ibadah2 sunah selama berhaji selain syarat dan rukun haji pun dapat terjalani dg optimal bukankah Allah akan melipatgandakan pahala menjadi 100.000 bagi seorang yg bersimpuh di Masjiddil Haram? Karena itulah,Faris ingin segera berhaji mumpung masih muda bahkan keinginannya berhaji jauh melebihi keinginannya untuk menikah.Ia ingin haji dulu bersama Ibudannya baru menikah.

"Jika memang demikian,selanjutnya yg perlu dibenahi kembali adalah niat,Ris.Dibutuhkan Azzam yg kuat dan ketulusan niatan hati dalam berhaji,meski ada 15 tempat yg mustajab di Makkah tapi tidak boleh niat ingin ke Makkah hanya sekadar dapat berdoa ditempat2 tersebut karena ingin doa mustajab melainkan haji adalah rangkaian perjalanan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Sang Khaliq sebagaimana yg dijelaskan Dr.Ali Syariati,bahwa ibadah haji menggambarkan kepulangan kita kepada Allah.

Pulang kepada Allah menunjukan suatu gerakan yg pasti menuju kesempurnaan,kebaikan,keindaha
n,kekuatan,pengetahuan,nilai2 dan fakta2.Berhaji harus benar2 karena Allah semata karena tak ada yg pantas balasan bagi haji yg mabrur kecuali surga baginya.
"Namun,kamu jangan sampai melewatkan untuk berdoa di 15 tempat tersebut sebagaimana sabda Rasulullah riwayat Imam At Thabrani "Tidak ada tempat diatas bumi ini 15 tempat yg mustajab untuk berdoa kecuali hanya di Makkah yakni didalam Ka'bah,Hajar Aswad,Rukun Yamani,dibawah talang mas(Mizab),Hijir Ismail,Multazam,dibelakang makam Ibrahim,sumur Zamzam,Masy'aril Haram,diatas bukit Sofa,diatas bukit Marwah,ditempatWukuf Arafah,ketika jumroh Aqabah,ketika jumrah Wustha,dan saat jumrah Ula." jelas Ustadz Fauzan panjang lebar.

Kemudian Ustadz Fauzan menambahkan kembali "Mumpung masih muda,memang harus segera berhaji saya berhaji ketika mendekati umur 40 tahun saya menyesal mengapa tidak berhaji saja saat berumur 27 sepertimu,Ris.Jika masih muda,pastilah saya tidak mudah letih saat memperbanyak amalan sunnah ketika berhaji.

Berdoalah sebagaimana Nabi Ibrahim berdoa "Ya Tuhan kami jadikanlah kami ber 2 orang yg tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yg tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukanlah kepada kami cara2 dan tempat2 ibadah haji kami dan terimalah taubat kami.Sesungguhnya Engkaulah yg Maha penerima taubat lagi Maha penyayang"

Penjelasan panjang lebar dari Ustadz Fauzan membuat dada Faris semakin gemuruh penuh rindu ingin segera berhaji.Ia pejamkan matanya tak disadarinya air matanya menitik dipipi terbayang bagaimana ia bersama ibunya melangsungkan kewajiban berhaji penuh khusyuk.

Menjelang separo malam,Faris dan Mahardiansyah masih diasyikkan oleh perbincangan diberanda vila mereka.2 cangkir kopi telah mereka habiskan sementara Ustadz Fauzan dan yg lain telah beristirahat agar sepertiga malam nanti dapat qiyamul lail bersama.Dari balik jaket tebal mereka berdua berlindung dari dingin yg menghujam.

"Jadi kamu masih semangat ya,Ris ingin segera berhaji muda?"
"Iya,Har.Kamu tahu sendiri sejak aku kuliah disini dan berteman denganmu aku telah menyimpan keinginan itu tepatnya sejak kelas 3 SMA.Aku ingin meneruskan niatan ayah yg telah meninggal dunia saat hendak pergi haji.Rencananya,ayah berhaji bersama Ibu saat itu,ayah semangat sekali untuk berhaji sering kali ia berdogeng tentang Makkah dan Madinah lengkap dg cerita sejarah tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail meski hanya berdasar buku tapi ayah mendongeng dg sangat menarik menjelang sepekan keberangkatan tiba2 ayah sakit kondisi fisik ayah yg telah renta membuatnya lemah,ayah meninggal.Sejak saat itulah,aku ber Azzam akan berhaji selagi masih muda.

"Kamu kan juga tahu sendiri,Har.Aku mati-matian kerja sejak awal kuliah dulu.Siang dan malam selain aku harus membiayai kuliahku sendiri dan ke 2 adikku,aku juga harus menyisihkan uang untuk ONH nanti semakin hari Azzam itu semakin kuat.Terlebih,hampir setiap hari aku memutar film dokumenter tentang Makkah,Ka'bah,Masjidil Haram,Madinah dg keajaiban2 yg Allah karuniakan,membuatku semakin ingin untuk segera berhaji.Aku selalu menangis saat mendengar kalimah talbiyah dikumandangkan"

Faris terdiam,tiba2 matanya basah semakin dingin terasa saat ingin menyentuh airmata dipipinya,lalu Mahardiansyah memeluk sahabat yg selayak saudara itu.

"Semoga Allah memberi keberkahan pada hidupmu,Ris.Semoga Allah memudahkan jalanmu untuk segera berhaji"
"Amiin"
"Lalu bagaimana dg kabar adikku,Mila,Ris?"
"Alhamdulillah.Insya Allah,Mila baik2 saja.Sekarang mereka sedikit aku jauhkan agar sedikit meredam jebakan2 Virus Merah Jambu.Caranya?"


"Sebentar,Ris! Mereka? Siapa maksudmu mereka?"
"Ya,Mila dan Ferdian! Kamu sendirikan yg bilang ditelepon kemarin bahwa mereka saling jatuh cinta.Sehingga Mila ingin segera menikah sementara Ferdian belum siap terutama kesiapan materi.Lha,sekarang aku sedang membantu Ferdian untuk menyiapkan"
"Astafirullahaladzim! Yang aku maksud kemaren bukan Ferdian,Ris! Tapi kau,Ris!"
"Apa?! Aku?! Aku?!" Faris terperajat hingga ia tak mampu meloloskan kata2 dari mulutnya lalu mereka beristiqfar bersama.

"Jadi lelaki yg kamu maksud kemaren adalah..."
Mahardiansyah hanya mengangguk sekali lalu berkata, "Mila diam2 mencintaimu,Ris karenanya ia ingin segera menikah sedangkan aku tahu kamu tak ingin menikah sebelum berhaji,kan? Makanya aku ingin Mila konsen dulu pada kuliahnnya"
Faris tak berkata apa2 mulutnya membentuk hurup O.

"Lalu apa menurutmu Ferdian mencintai Mila?"
"Iya,Har.Tapi... Sebentar dulu,Har! Kenapa harus aku? Mila itu seperti adikku sendiri,Har! Bahkan,selama ini aku tak menangkap yg mencurigakan dari sikap Mila.Ia biasa2 saja tuh.Nggak ada yg aneh!"
"Jelas saja kamu nggak bisa merasakan,lha wong hanya ada Makkah dimatamu! Lagipula,sebenarnya ia sering membuat brownies coklat untukmu tapi kamu hanya memakannya sedikit selebihnya malah kamu berikan kepada Ferdi dan yg lain terkadang Mila kecewa tapi ia terus saja membuat brownies"

Faris tertegun sejenak
"Afwan,Har.Aku suka sekali dg brownies buatan adikmu karena saudaraku yg dimasjid juga banyak jadi aku harus membaginya rata agar semuanya bisa merasakan brownies itu"
"Tadi kamu bilang Ferdian..."
"Iya,Har.Ferdi memang mencintai Mila.Ferdi sering bercerita padaku tentang perasaannya kepada Mila.Aku pikir,Ferdianlah yg kamu maksud lelaki yg akan menikah dg Mila makanya aku sengaja sedikit menjauhkan mereka"
"Dengan cara apa?"

Kemudian Faris menjelaskan panjang lebar tentang jasa pengambilan sampah yg telah ia rintis bersama Ferdian.

"Sementara ini aku dan Ferdian sendiri yg menangani program Town Clean dan Care jadi aku dan Ferdian tak lagi dikedai kecuali saat kedai hendak buka dan tutup.Program Town Clean dan Care ini sudah berjalan sejak 3hari yg lalu.Tanggapan masyarakat cukup baik sekarang lebih dari 100 rumah yg menjadi anggota program ini dan jumlah pelanggan terus bertambah jadi kami harus menambah personil nanti setelah berjalan sebulan aku akan menyerahkan sepenuhnya program ini pada Ferdian.

Aku yakin jika setahun program ini berjalan dg baik,maka Maisyah yg Ferdian miliki telah cukup untuk meminang Mila.
"Aku sangat percaya dg Ferdian.Ia teman terbaikku setelah kamu,Har.Makanya aku sangat setuju jika Ferdian nantinya bersama Mila tetapi jika Ferdian dibiarkan terus bertemu Mila dikedai aku khawatir terjadi hal2 yg kurang baik untuk itu aku sengaja mengajak Ferdian untuk program Town Clean dan Clear ini"

"Tapi dugaanmu salah,Ris! Kamulah yg Mila cintai bukan Ferdian!"
"Ah,itu soal gampang,Har! Nanti kamu yg coba jelaskan pada Mila tentang ini aku yakin Mila bisa menerima Ferdian."
"Apa menurutmu semudah itu?!"
"Iya,kenapa tidak?"
"Entahlah,Ris.Tapi Mila sangat mencintaimu,Ris!"
"Ah,itu hanya soal waktu,Har!"
Mereka lalu berdiam sejenak memandang bunga2 bougenvile merah muda yg berguguran karena angin telah menamparnya.

"Apa kamu telah mencintai perempuan lain,Ris?"
Faris tersentak kaget,Diam.Hanya menghela nafas panjang.
"Benarkah kamu telah mencintai perempuan lain,Ris?"
Faris masih terdiam

Sementara itu,disebuah kamar kos.Ada 2 orang gadis sedang bercanda sesekali terdengar gelak tawa yg pecah dalam kamar itu.

"Ah,Mbak Mila bisa saja.Chesa kan jadi malu"kata salah satu gadis itu dg manja sembari memutar-mutar tubuhnya didepan cermin.Gamis panjangnya pun mengembang sering tergerai rambut panjangnya yg indah.
"Mana mungkin Mas Faris mencintai Chessa?"
"Sangat mungkin,Chess! Selama ini Mas Faris selalu memerhatikanmu yg pertama kali ia tanyakan saat ia ke kedai sore hari adalah kamu,Chess!"
"Mbak Mila cemburu ya?"
"Ih,nggak lah! Siapa yg cemburu?!"
"Tapi kok muka Mbak Mila jadi merah?! He....he..."

Seketika Mila langsung menutup mukanya dg bantal,gelak tawapun kembali pecah lalu Chessa mendekdp manja tubuh Mila dari belakang.Mereka bersenandung lirih sambil melenggang kekanan dan kekiri.

"Biar Chessa sisir rambut Mbak Mila ya? Kusut banget! Kebanyakan pake kerudung sih! Sampai lupa nyisir rambut kalau sering pakai kerudung juga harus rajin2 nyisir rambut dong,Mbak!"

Mila pun menuruti kemauan Chessa.Chessa langsung membawa Mila duduk didepan cermin lalu Chessa mengambil sebuah sisir rambut dari laci kemudian menyisir rambut Mila dg perlahan.Rambut Mila yg sedikit ikal mulai tertata rapi kembali.Hingga terbentuklah kecantikan yg tergambar jelas dicermin.

"Tuh kan! Mbak Mila terlihat cuantik banget! Huh! Chessa sampai minder!"
"Bisa saja kamu,Chess! Jelas kamu yg lebih cantik dari Mbak.Mbak nggak pandai merawat diri sepertimu."
"Tapi Mbak mencintai Mas Faris,kan?"


"Astaghfirullahal'adzim.Bicara
 apa kamu,Chess! Mas Faris itu teman kakaknya Mbak,jadi Mas Faris itu seperti kakak Mbak sendiri.
"Bener nih? Nggak bohong? Kalau gitu biar Chessa saja yg mencintai Mas Faris.Boleh nggak,Mbak?"

Mila diam dan langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearah jendela dimana sebuah vas bunga berisi garberra berwarna kuning tertata rapi atas meja dekat jendela Mila menata kembali garberra tersebut.Angin malam menyibak rambutnya bulan tak sempurna tersaput awan dilangit Chessa mendekati Mila.

"Afwan,Mbak.Meski Mbak nggak cerita pada Chessa,tapi Chessa tahu kalau Mbak Mila diam2 mencintai Mas Faris jujur Chessa juga simpati pada Mas Faris tapi mungkin hanya sekedar simpati biasa saya kagum pada Mas Faris yg penuh semangat dan optimis dalam menjalani hidup.Chessa dapat belajar banyak dari Mas Faris tapi mungkin simpati itu hanya sekedar simpati biasa bukan cinta terlalu buru2 jika Chessa menyebut cinta tapi Chessa sangat setuju jika Mbak Mila nantinya menikah dg Mas Faris..."Chessa tak meneruskan kata2nya.Ia melihat mata Mila yg mulai basah akhirnya Mila menangis sesenggukan Chessa memeluk erat Mila.

"Mbak memang sangat mencintai Mas Faris,Chess"lirih Mila dalam dekapan Chessa.
"Iya,Mbak.Chessa tahu itu Chessa akan bantu Mbak."sahut Chessa dg airmata yg mulai tumpah.
Seketika Mila langsung melepaskan pelukanya dan menatap Chessa dalam2 dg airmata yg masih berlingan.
"Tak perlu,Chess! Jangan melakukan tindakan bodoh!"Hanya Allah yg berhak atas jodoh atau tidaknya kami"kata Mila meyakinkan.

Chessa hanya mengangguk Chessa melihat air yg mengambang dimata Mila lalu Chessa kembali memeluk Mila,Dada Mila bergemuruh Mila tak mengira Chessa bisa memahami perasaan yg selama ini ia pendam.Mila berpikir saat itulah saat yg tepat untuk meluapkan tentang perasaannya pada Faris


Mila pun mulai becerita sejak pertama kali kakaknya Mahardiansyah memperkenalnya dg Faris,Mila langsung menaruh simpati pada Faris lalu menceritakan kebaikan2 Faris saat Mila membutuhkan pertolongan.Bagaimana Faris tergeletak dirumah sakit lantaran gejala sakit Typus,Milalah yg seringkali menjenguknya juga tentang brownies coklat yg sengaja ia buat untuk Faris.

Menjelang separo malam,Mila dan Chessa masih bercerita banyak hal.
"Oh ya,Chess ada sesuatu yg Mbak ingin berikan untukmu"
"Apa Mbak?"tanya Chessa penasaran sementara Mila melompat dari ranjang menuju almari pakaiannya.Mila mengambil sesuatu dari dalam almari.
"Ini adalah kerudung yg Mbak paling sering pakai dulu karena ribet cara makainya,Mbak jarang memakainya sekarang Mbak harap kamu mau memakainya"
"Wah! Indah sekali,Mbak?! Warna merah marun warna kesukaan Chessa!"

"Coba sini.Mbak akan beritahu cara memakainya"
Chessa mendekat kemudian Mila memakaikan kerudung merah yg lebar itu pada Chessa.
"Memang sedikit ribet harus dililitkan lebih dahulu melingkar kepundak hingga menutupi hampir seluruh tangan lalu dijepit dg bros,Nah selesai!"
Chessa langsung berlari kearah cermin.Ia perhatikan dg seksama kerudungnya,Ia putar tubuhnya kekanan kekiri lalu tersenyum pada Mila.

"Kamu terlihat anggun sekali memakai kerudung itu,Chess!"
"Terima kasih,Mbak.Chessa akan memakai kerudung ini terima kasih juga telah menemani Chessa seharian jalan2 sampai Chessa juga boleh bubuk disini."
"Iya,sama2.Kapan pun Chessa boleh kesini"

Mila dan Chessa yg telah lelah karena hampir seharian penuh berkeliling dipasar besar Malang,membeli gamis panjang dan kerudung yg cocok untuk Chessa akhirnya mereka memutuskan untuk segera merapikan kamar dan langsung tidur sementara itu Mila mengambil air wudhu dan shalat 2 rakaat sunnah kemudian membaca Al Qur'an hingga matanya tak sanggup lagi menahan kantuk.Mila pun tertidur dalam balutan mukena putih diatas sajadahnya.

Faris menatap bulan yg temaran diujung langit.Ia tak menjawab pertanyaan Mahardiansyah.
"Jawab pertanyaanku,Ris! Apa kamu sudah mencintai perempuan lain?"
"Entahlah,Har.Aku awam soal mencintai perempuan tapi terus terang selama ini ada seorang gadis yg sering kali berkelebat dalam pikiranku.Aku merasa aneh saat mengingatnya"
"Siapa dia?" Mahardiansyah memotongnya dg sebuah pertanyaan.
"Itulah,Har.Aku sendiri tak tahu apapun tentangnya" Faris diam dan nampak kebingungan bagaimana menjelaskannya.Faris tetap diam dan menunggu reaksi dari Mahardiansyah tapi Mahardiansyah juga terdiam.

"Aku bertemu dg nya dimasjid sekitar 3tahun yg lalu saat itu aku sedang menyapu halaman serambi masjid sepertinya ketika itu ia mahasiswa baru.Ia rajin sekali kemasjid mungkin karena dikosnya ia kesulitan mencari teman untuk diajak shalat berjamaah.Setiap setelah jamaah shalat ia selalu membaca Al Qur'an aku tak pernah memerhatikan wajahnya karena kami sama2 menunduk jika kebetulan kami berpapasan.Aku hanya mengenali warna kerudungnya.Ia sering memakai kerudung yg berwarna merah!

"Satu hari,tatapan mata kami bertemu tanpa sengaja itupun hanya sekilas kami langsung menundukan pandangan saat itu selepas shalat ashar,aku sedang membersihkan halaman masjid mungkin karena wudhunya batal jadi terpaksa ia harus melepas mukenanya dan mengambil air wudhu.Kebetulan saat itu ada seorang nenek masuk ke dalam masjid dari awal aku curiga pada nenek itu,diam2 aku mengawasi gerak gerik nenek tua yg mencurigakan itu.Ia melihat kesekeliling masjid aku pura2 tak memerhatikannya ada sebuah mukena diatas sajadah tiba2 nenek itu mengemasi mukena tersebut dan memasukannya kedalam tas mukena.Aku tahu betul,mukena itu adalah milik gadis yg sedang berwudhu tersebut saat nenek itu hendak keluar dari masjid,aku langsung mencegahnya.

"Sebentar,Nek!"
"Tapi nenek itu pura2 tidak mendengar dan langsung bergegas ingin meninggalkan masjid.Aku pun langsung menghampirinya saat nenek itu hendl mendekati gerbang pintu luar masjid.


"Maaf,Nek! Mukena yg Nenek bawa milik siapa?"
"Ini mukena saya!"Nenek tersebut menjawabnya dg membentak.
"Allah Maha Tahu,Nek! Saya tahu itu bukan mukena Nenek.Sebaiknya Nenek kembalikan saja jika Nenek minta baik2 pada kami,Insya Allah kami akan memberi sebuah mukena untuk Nenek tapi tolong mukena yg Nenek bawa ini dikembalikan!"kataku setengah emosi.
"Nenek itu malah sewot dan melirikku dg penuh benci.Saat itulah,gadis itu muncul dari tempat wudhu.Rupanya dia mendengar percakapan kami sembari mebenahi letak kerudungnya.Saat itulah aku merasakan dadaku berdesir lembut ada sesuatu yg sangat indah yg tiba2 menyusup direlung hatiku.Perasaanku melambung bulir air wudhu yg menitik dari wajah gadis itu membuat wajahnya kian bercahaya matanya berbinar dan bercelak hitam digaris tepi kelopak matanya yg membuatku tersihir membatu untuk beberapa saat.Senyumannya seketika meredakan amarahku yg hendak meledak tapi cepat2 aku menundukan pandanganku sembari beristighfar berkali-kali.

"Ada apa,ya?"
"Aku masih membatu saat pertanyaan itu keluar dari mulutnya tapi aku coba secepatnya menetralisir keadaan.
"Eh,ini Mbak.Nenek ini tadi mengambil mukena milik Mbak!"kataku kemudian.
"Benarkah?"
"Nggak! Ini mukena saya!" Nenek itu masih ngeyel.
"Baiklah,saya lihat dulu ya mungkin mukena saya masih ada didalam masjid.
Kemudian ia setengah berlari masuk kedalam,tak lama kemudian ia kembali menemui kami.

"Mukenanya masih ada didalam masjid sepertinya ini hanya kesalahan kecil.
"Aku seperti ditampar mendengar perkataan gadis itu.Aku benar2 yakin bahwa nenek itu telah mencuri mukena miliknya tapi ia malah berdiplomasi.
"Tapi,Mbak..."
"Gadis itu hanya mengangguk sekail.Seolah ingin meyakinkan perkataannya tadi lalu Nenek itupun pergi.Tinggal aku yg saat itu penuh tanda tanya,aku tatap mata gadis itu dalam2 rasanya ingin sekali marah padanya kenapa ia harus berdiplomasi melindungi nenek itu seperti itu? Tapi ia buru2 ia menundukan pandangannya lalu tersenyum sambil bilang"AFWAN" Sebelum akhinya ia berpaling & masuk ke dalam masjid.


Ia mengambil sebuah mukena dari dalam almari masjid.Setelah selesai shalat sunnah lisyukril wudhu,ia membaca Al Qur'an hingga menjelang Magrib.
"Itu hari terakhir aku berjumpa dengannya sampai hari ini aku tak pernah melihatnya lagi dimasjid.Awalnya aku memang marah padanya tapi akhirnya aku menyadari bahwa apa yg dilakukan gadis itu adalah keinginannya untuk bersedekah meski ia tahu betul mukenanya telah dicuri tapi ia malah mengiklaskannya dg cara berdiplomasi kemudian hatinya membuat dadaku berdebar setiap aku teringat kejadian itu semacam ada kerinduan yg mendamaikan ada perasaan unik yg tak bisa kujelaskan,Har!

"Karena itulah,sejak hari itu aku berusaha melupakan wajah gadis itu sehingga kini wajahnya sedikit terlupa olehku meski wajahnya samar kuingat tapi getaran didada ini pasti akan terjadi manakala suatu saat nanti kami bertemu kembali semoga Allah melindungiku dari penyakit hati dan hal2 yg buruk jika memang aku jatuh cinta kepadanya semoga Allah menjatuh cintakan aku pada wanita yg selalu jatuh cinta kepadaNya bukan jatuh cinta karena keindahan raga melainkan karena pesma kebaikan yg slalu ia jaga.Semoga hati ini slalu terjaga dalam kebaikan"

Faris mengakhiri penuturannya dg hela nafas panjangnya saat Mahardiansyah hendak mengomentarinya,Faris buru2 memotongnya.

"Tapi,Har... Aku tak pernah menvonis aku jatuh cinta atau semacamnya kepadanya,aku tak sempat memikirkan perasaan yg seperti itu.Kamu tahu sendiri aku lebih fokus untuk segera berhaji."
Mahardiansyah tak segera menanggapi,Ia menunggu Faris menyelesaikan penjelasannya tapi Faris hanya diam.
"Baiklah,Ris! Aku akan coba jelaskan pada Mila semoga dia mengerti aku juga tak berhak memaksamu untuk menikahi adikku."

Lalu ke2 nya diam,memandang angin yg menari hingga menggetarkan pucuk2 pohon cemara.Sementara itu,sepasang kunang2 berjingkat diantara semak2.Tubuhnyja menyala terang kuning kehijauan terbang rendah disela2 pohon cemara.Tingkah mereka sangat indah


Sedikit bisa mengobati perasaan didalam dada Faris yg sedang berkecamuk.Rasa bersalah yg telah mengecewakan sahabat terbaiknya tapi ia juga tak bisa memaksakan diri untuk mencintai Mila sementara Faris telah berjanji dalam hati untuk mempersatukan Ferdian dan Mila kelak.

Begitu juga Mahardiansyah ia tak mungkin memaksakan keinginannya untuk memilih Faris sebagai suami adiknya.Bagaimanapun Faris berhak memilih siapa yg berhak menjadi pendamping hidupnya nanti tapi Mahardiansyah juga bingung harus dg cara apa menjelaskan semuanya pada Mila.

Keduanya tetap terdiam sebelum akhirnya Faris menepuk pundak kiri Mahardiansyah, "Afwan,Sobat"
Mahardiansyah hanya tersenyum tipis.
~::* KERUDUNG MERAH DARI MAKKAH *::~ (Novel) Part 2
To Be Continue Part 1 :

Dikedai Evergreen sore itu nampak sibuk sekali.Lilis dan Vika terlihat sibuk merapikan meja dan sebagainya karena kedai tersebut baru saja dibuat rapat oleh beberapa dosen tidak saja kalangan mahasiswa tapi juga para dosen seringkali memanfaatkan kedai Evergreen untuk acara pertemuan.Setting kedai yg lesehan dan dikelilingi pohon bambu yg sengaja ditanam dipinggir kedai menambah nyaman suasana.Sementara itu pohon asparagus dalam pot membelah lesehan sebagai hijabnya untuk memisahkan antara pengunjung putra dan putri.Kedai Evergreen tak menerima bagi muda mudi yg ingin berduaan dikedai kecuali bagi mereka yg telah berkeluarga.

Civitas akademika khususnya dari Universitas Brawijaya seringkali memilih kedai Evergreen karena memang suasana yg asri dan alami sebagai tempat diskusi hingga penyampaian materi kuliah oleh seorang dosen.Mereka bisa berdiskusi sambil menikmati jus buah organik yg segar tak hanya itu mereka juga bisa memesan tahu telur dan gorengan diwarung sebelah untuk dinikmati di kedai dan yg terpenting bagi mereka adalah kedai tersebut telah dilengkapi dg hot spot.Sehingga mereka bisa berlama lama surfing internetan dg laptop sembari menikmati jus buah dikedai.

Sebuah toyota New Alphard tepat berhenti didepan kedai.Seorang gadis cantik bergamis panjang warna biru dg kerudung yg berwarna biru muda keluar dari mobil tersebut.

"Assalamualaikum.Selamat datang..."sapa Lilis ramah.
"Waalaikumsalam"gadis itu menjawabnya lirih dg segaris senyum dibibirnya.Lilis memerhatikan mata gadis itu sembab.Lilis coba menebak dalam hati bahwa pengunjungnya itu baru saja menangis.

"Silahkan duduk,Mbak.Mbak ingin menikmati apa?"
"Oh,terima kasih.Saya hanya ingin membeli 2 buah melon.Masih adakan?"
"Oh,masih ada,Mbak"Lilis segera meminta Vika untuk mengambilkan 2 buah melon.
"Ayah saya sering kesini.Beliau biasanya membeli 2 buah melon dan satu buket mawar merah."
"Oh,ya? Benarkah? Siapa ya?"Lilis nampak sedang coba mengingat ingat semua pelanggan kedai tapi karena banyaknya pelanggan,Lilis kesulitan menemukan ayah Yg dimaksud gadis itu.

"Biasanya Ayah saya diantar Pak Ridwan sopir taxi biru langganan Ayah"gadis itu menambahkan keterangan.
"Subhanallah! Pak Burhan ya? Pengusaha properti?! Ya! Ya! Kalau Pak Burhan memang sering kesini,Mbak! Tiap akhir pekan sekali beliau selalu membeli 2 buah melon dan 2 buket mawar"akhirnya Lilis menemukan kecocokan dg Ayah yg dimaksud gadis itu.
"Bukan 2 tapi Ayah saya hanya membeli 1 buket mawar"

"Iya,benar Mbak.Tiap akhir pekan,kedai kami memberikan bonus 1 buket bumga bagi yg setiap pelanggan yg membelikan bunga untuk diberikan pada istri atau Ibu jadi meski Ayah Mbak membeli satu tapi mendapat 2 buket mawar"

"Oh! Lho tapi Ayah hanya memberi satu buket bunga kepada saya lalu satu buket bunga untuk siapa?"
"Pak Burhan pernah bilang akan memberikan buket bunga itu untuk istrinya! Jadi satu untuk Mbak satu lagi untuk Ibu.Tapi... Mbak kok sampai ggak tahu ya?!
"Astaghfirullah! Ibu saya telah meninggal,Mbak.Apa mungkin..."perempuan itu tak meneruskan kalimatnya.Ia coba memikirkan sesuatu "Apa benar Ayah saya bilang begitu?"

"Iya,Mbak.Beliau menceritakan bahwa istrinya itu senang sekali menanam mawar dihalaman rumah tapi Ayah Mbak sama sekali tak pernah memberikan setangkai bunga mawar pun untuk Ibu.Untuk itu,sekarang Pak Burhan ingin menebusnya begitulah yg pernah dikatakan oleh Pak Burhan.Apa mungkin mawar itu dibawa ke..."

"Iya! Itu sangat mungkin jika Ayah sedang rindu,Ayah memang sering mengunjungi makam Ibu.Ibu telah meninggal setahun yg lalu di Tanah suci saat menunaikan ibadah haji.Ayah sangat tertekan kehilangan Ibu"

Gadis itu diam sejenak lalu mengusap air yg mengambang dimatanya dg selembar tissue ditangannya.
"Sekarang Ayah dirawat di RS.Dr.Saiful Anwar Malang.Beliau terkena serangan stroke ringan mungkin karena terlalu banyak memikirkan Ibu.Setiap akhir pekan Ayah memang sering membeli buah melon dan bunga mawar untuk saya karena itulah giliran saya sekarang yg membelikan buah melon untuk beliau."


"Semoga Pak Burhan lekas sembuh,Mbak"kata Lilis sambil menyerahkan tas berisi 2 buah melon dan 1 buket bunga mawar merah setelah menerimanya gadis itu langsung bergegas kembali kemobilnya dan segera meninggalkan kedai.

Selisih sekian detik kemudian datangnya Faris dg motornya.Faris hanya dapat sekilas melihat gadis itu sedang memasuki mobilnya.
"Tadi siapa,Lis?"
"Oh,itu Mas putri Pak Burhan.Ia beli melon dan bunga untuk Ayahnya yg sedang sakit."
"Sakit?! Pak Burhan sakit?! Inalillahiwaina ilahirajiun.Pak Burhan sakit apa,Lis?"
"Katanya sih stroke ringan sekarang masih dirawat di RS.Dr.Saiful Anwar."
"Stroke ringan?!"

Lilis juga iku tersentak kaget.Lilis hanya mengangguk pelan tapi dg tetap menjaga pandangan.
"Baiklah.Besok aku akan menjenguk Pak Burhan."
Belum tuntas keterkejutan Faris tiba2 sebuah motor matic diparkir disebelah motor Faris.Faris lebih terkejut lagi saat sipengendara membuka helmnya.

"Chessa!"
Chessa melangkah anggun dari motornya gamis panjangnya berkelebat tersapu angin.Faris memerhatikan terus perubahan yg tiba2 pada diri Chessa terutama pada kerudung merah yg dikenakan Chessa seketika Faris tersadar jika kerudung yg dipakai Chessa itu sama persis dg kerudung yg dipakai gadis yg pernah Faris temui dimasjid Ketawanggede.Apakah kerudung itu milik gadis yg sama? Apakah gadis yg dimasjid itu sebenarnya adalah Chessa? Faris berkata dalam hati.Ah,tidak mungkin Chessa dulu tak pernah memakai kerudung!

"Assalamualaikum,"Chessa memberi salam
Faris belum sempat menjawabnya tiba2 Laila datang tergopoh-gopoh setengah berlari, "Mas Faris! Mila kecelakaan,Mas! Mila Mas!"
"Apa?! Mika?! Mila kenapa?!"

"Mila kecelakaan,Mas! Sekarang di RS.Dr.Saiful Anwar! Cepat kesana,Mas!"
Seketika seisi kedai langsumg tersentak mendengar kabar dari Laika yg tak lain adalah teman satu pesantren mahasiswa dg Mila.
"Ayo cepat sekarang kita kesana! Chess,tolong kamu boncengan dg Laila.Lis,hubungi Mahardiansyah! Tutup saja kedainya!"


Faris langsung menyalakan motornya dan segera melesat sementara Chessa dan Laila mengikuti dibelakangnya.Motor mereka berlari dg kecepatan tinggi menyalip beberapa kendaraan.Terkadang terjebak kemacetan karena sore hari umumnya orang pulang dari kantor.Tetapi mereka cukup lihai untuk melintas di sela2 yg kosong diantara kendaraan yg berlarian.

Mereka masuk ketempat parkir di RS.Dr.Saiful Anwar bersamaan dg datangnya Mobil Toyota New Alphard yg dikendarai putri Pak Burhan.Faris memasuki bagian parkir khusus roda 2 sementara mobil tersebut dibagian parkir mobil.Faris tak memperhatikannya,ia segera berlari menuju ruang UGD dan bertanya pada seorang perawat.Merekapun akhirnya menemukan tempat dimana Mila mendapat penanganan.Sayangnya,mereka tak diijinkan masuk mereka ber3 nampak gelisah bahkan Chessa menangis tersedu.Laila coba menenangkannya.

Sementara Faris berjalan mondar mandir didepan pintu ruang operasi.Gelisah menunggu seseorang keluar dari pintu dan memberi keterangan tentang Mila.Lalu bertanya tentang kecelakaan yg menimpa Mila pada orang2 yg membawa Mila kerumah sakit ternyata motor Mila tidak menabrak atau ditabrak kendaraan lain.Ia terjatuh dg sendirinya entah mengantuk atau pingsan memang Mila yg memiliki gejala darah rendah beberapa kali sering jatuh pingsan.

Sementara itu dipavilium VIP RS.Dr.Saiful Anwar,Pak Burhan tengah berbaring,Ia terbenam dibalik koran yg sedang ia baca,alat bantu pernafasan sudah tak terpasang lagi tak ada yg menemaninya hanya beberapa perawat yg sedang tugas jaga.Ia sengaja ingin istirahat dan tak ingin diganggu kerabat yg menjenguk hanya putri semata wayangnya yg diperkenankan menemaninya.Gadis yg mengendarai Mobil Toyota New Alphard tadi datang membawa satu buket bunga mawar merah untuk Pak Burhan kemudian menaruhnya dalam Vas bunga yg tlah berisi air.

"Terima kasih,Na"gadis yg bernama lengkap Rasyida Husna itu hanya tersenyum sambil duduk disebelah Ayahnya. "Kenapa kamu hanya membeli satu?"

Husna hanya membenamkan kepalanya dekat dg kepala Ayahnya lalu mencium kening Ayahnya "Husna membeli 2,Ayah.1 untuk Ayah 1 untuk Ibu.Bukankah Ayah juga begitu."
"Alhamdulillah,berarti tadi kamu kemakam Ibu?"
"Kenapa Ayah masih memikirkan kepergiaan Ibu.Iklaskan,Yah.Ayah seperti ini pasti terlalu memikirkan Ibu"
"Ayah masih saja merasa bersalah seandainya Ayah menemani Ibumu saat Ketanah Suci tahun lalu mungkin Ibumu masih bisa menemani Ayah saat ini,dulu Ayah terlalu memikirkan perusahaan.Ibumu sering Ayah abaikan,keinginannya berhaji bersama Ayah tak Ayah wujudkan akhirnya Ia pergi haji sendiri,andai Ayah menyertainya saat itu mungkin Ayah bisa disampingnya saat Ia meninggal di Makkah.

Seketika mata Pak Burhan basah,Husna melepas kaca mata Pak Burhan dan mengusap airmatanya.
"Na,apa tadi kamu bertemu Faris dikedai bunga itu?"
"Sepertinya tidak,Ayah.Hanya beberapa gadis yg berada dikedai"
"Sayang sekali,Na.Faris itu pemilik kedai itu.Ia pemuda yg sangat bersemangat semua biaya kuliah dari S1 hingga sekarang Ia menempuh S2,Ia tanggung sendiri bahkan ia terobsesi ingin segera berhaji.Aku ingin punya menantu seperti dia!"

"Ah,Ayah.Sudahlah,Yah.Yang penting Ayah pulih dulu baru memikikan menantu.Hafalan Al Qur'an Husna juga belum lengkap 30 juz.Insya Allah tinggal 2 juz lagi"

Husna yg kini tinggal merampungkan skripsinya di jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang,juga berkonsentrasi untuk menyelesaikan hafalan Al Qur'an nya bersama ratusan santri dipesantri Ilmu Qur'an Singosari,disamping kesibukannya yg juga aktif di LSM pemberdayaan anak jalanan.Husna lebih memilih terjun kedunia kemasyarakatan daripada meneruskan bisnis properti Ayahnya.Pak Burhan tak bisa memaksa keinginan putri semata wayangnya itu.Bisnis properti miliknya pun jatuh ketangan salah satu adik Pak Burhan,Ir.Irham Adi Pratama.

"Alhamdulillah.Kamu harus menjaga hafalanmu,Na.
Tapi,kata orang2 kena stroke itu tidak bisa pulih lagi."
"Astaghfirullah,setiap penyakit pasti ada obatnya.Apalagi Ayah hanya stroke ringan.Lagi pula Ayah juga sudah nggak merokok lagi,kan? Ayolah,Yah! Semangat dong! Kata dokter,hanya butuh sedikit terapi dan perawatan maka Ayah pasti akan sehat lagi."

"Ayah ingin melihat pernikahanmu sebelum Ayah menyusul Ibumu"
"Astaghfirullah,Ayah nggak boleh ngomong begitu.Iya,Iya.Husna akan segera menikah tapi Ayah harus sembuh dulu ya! Ayo,Yah kita makan melonnya!"Husna berkata begitu seraya menyembunyikan sebutir airmata dibalik kelopak matanya.

* * *

Seorang dokter keluar dari ruang operasi itu lalu ia menjelaskan bagaimana keadaan Mila kepada Faris.Faris mengucapkan hamdalah berkali-kali karena Allah telah menyelamatkan Mila dari kecelakaan itu meski helm yg dipakai Mila pecah tapi kepala Mila hanya sedikit lecet,tapi tangan dan kaki Mila terluka parah bahkan lutut Mila sedikit bergeser meski sempat pingsan tapi kini Mila telah siuman.Mila selamat dari kecelakaan dahyat yg nyaris merenggut nyawanya.Faris ingin memaksa melihat langsung keadaan Mila tapi dokter tak mengijinkannya.
Sedangkan Mahardiansyah sendiri merasa bersalah karena tak mengantar adiknya kembali ke Malang.Pagi tadi,Mila sengaja ke Junggo untuk menemui Mahardiansyah.Kesempatan itu digunakan Mahardiansyah untuk menceritakan Faris yg telah mencintai gadis lain. Tapi begitu Mila mendengar Mahardiansyah bercerita tentang gadis berkerudung merah Mila malah tersenyum bahagia karena Mila yakin bahwa gadis yg dimaksud Faris itu adalah dirinya.Mila adalah gadis berkerudung merah yg 3 tahun lalu sering kemasjid Ketawanggede ketika itu ia masih kos belum dipesantren mahasiswa karena mahasiswi yg satu kos dengannya jarang yg mau diajak berjamaah maka Mila memilih untuk berjamaah dimasjid kebetulan jarak kos nya dg masjid juga tidak terlalu jauh.

"Benarkah Mas Faris cerita begitu,Mas?"tanya Mila pada Mahardiansyah pagi tadi di Junggo.
"Iya.Kenapa?" kamu kenal siapa gadis itu?"
"Ah,nggak apa2 tapi mungkin Mila kenal siapa gadis itu"

Mila terbuyar dari lamunannya Saat Chessa coba memeluk Mila.Mila malah menjerit kesakitan,"Mbak Mila cepat sembuh,ya!”
Esoknya Faris kembali kerumah sakit tidak saja menjenguk Mila tapi juga berencana menjenguk Pak Burhan yg kebetulan juga sedang dirawat di RS.Dr.Saiful Anwar.Setelah bertanya pada resepsionis rumah sakit dan beberapa perawat akhirnya Faris menemukan dimana kamar Pak Burhan dirawat.

Dijalan menuju kamar Pak Burhan Faris bersimpangan dg putri Pak Burhan yg sedang asyik membaca buku sambil berjalan.Ia berjalan menuju tempat dimana mobilnya diparkir.Faris tak memerhatikannya karena ia ingin segera menemui Pak Burhan yg sedang berbaring sakit.

Pak Burhan terlihat bahagia sekali melihat kedatangan Faris.Pak Burhan menceritakan keadaan kesehatannya yg mulai membaik lalu Faris mengeluarkan sebuah bungkusan plastik dari dalam tasnya.

"Ini adalah ekstrak pegagan.Insya Allah,pegagan ini dapat mengobati stroke nanti Pak Burhan bisa menanyakan langsung kepada dokter tentang khasiat pegagan ini.Tadi pagi saya ke Balai Pengobatan Materia Medica Batu,saya mendapat sebungkus ekstrak pegagan ini untuk Bapak.Kebetulan dulu saya pernah praktik kerja lapang dibalai yg masih dibawah naungan dinas kesehatan itu,Pak. Jadi dg mudah saya bisa memperoleh ekstrak pegagan ini.Mereka membudidayakan pegagan ini sendiri secara organik. Jadi,Insya Allah kandungan zat didalamnya masih terjaga.Insya Allah bisa membantu memulihkan kesehatan,Bapak"

"Terima kasih,Ris.Insya Allah nanti Bapak akan meminumnya dg petujuk dokter tapi Ris,ada yg ingin Bapak bicarakan denganmu?"
"Tentang apa,Pak?"
"Apa kamu tak ingin segera menikah?"
Faris tersenyum "Tentu,Pak.Usia saya sekarang juga sudah 27 tahun tapi,Pak.Ada hal yg lebih penting bagi saya saat ini daripada menikah"

"Apa itu,Ris?" tanya Pak Burhan penasaran
Kemudian Faris menjelaskan dg penuh semangat tentang rencananya untuk segera berhaji dg Ibunya tahun depan dan bagaimana usahanya untuk mewujudkannya Azzam nya itu.Pak Burhan berkali-kali berdecak kagum atas kegigihan Faris mewujudkan keinginannya untuk berhaji selagi masih muda.
"Aku ingin sekali putriku menikah dengan mu,Ris.Apa kamu bersedia?"
Faris tersentak luar biasa mendengar permintaan Pak Burhan perkataan Pak Burhan sama sekali tak diduganya.Langsung dan menohok tepat dijantung hatinya.

Faris tertunduk belum selesai kasus Mila kini ia harus menghadapi permintaan langsung Pak Burhan yg ingin menikahkan putrinya dengannya tapi Azzam yg kuat pada dirinya untuk segera berhaji dan menunda pernikahan membuat Faris kukuh pada pendiriannya.Faris pun menolak permintaan Pak Burhan dg halus,dan menjelaskan bahwa ia tlah mencintai seorang gadis.

Gadis yg bisa membuat hatinya bergetar hebat sejak pertemuan dimasjid Ketawanggede 3tahun silam.Akankah Faris bertemu kembali dg gadis berkerudung merah itu? Dan siapakah sebenarnya gadis berkerudung merah itu?

* * *

Mila masih butuh perawatan,kata dokter.Dokter meminta Faris ke ruang administrasi untuk mengurus semua keperluan.Faris berjalan ditemani Chessa dan Laila.Chessa beberapa kali menyeka airmatanya yg terus menitik tanpa henti.

"Padahal kemarin malam,Chessa dan Mbak Mila masih bercanda bareng kerudung ini juga dari Mbak Mila"kata Chessa mengaduh.
Faris tersentak dg penjelasan Chessa"kerudung yg kamu pakai itu dari Mila?"
Chessa hanya mengangguk"Mas,tolong Mbak Mila,Mas.Please..."Chessa merengek sambil menarik-narik lengan baju Faris.

Faris hanya terdiam,Ia memerhatikan secara seksama kerudung yg Chessa pakai sama persis dg kerudung yg dipakai gadis yg ditemuinya dimasjid 3 tahun yg lalu! Jangan... Jangan... Faris terus beralibi.Ah,tidak mungkin,aku ingat betul wajah gadis itu.Gadis itu bukan Mila! Segera ia menepis semuanya lalu berkata "Iya,Chess.Berdoalah kepada Allah agar Mila segera sembuh dan diberi ketabahan"

Kemudian Faris menyelesaikan seluruh adminitrasi.Faris yg menanggung biaya perawatan Mila.
Setelah menunggu sekian lama,akhirnya mereka diijinkan untuk melihat langsung keadaan Mila.Mahardiansyah yg baru saja tiba langsung berhambur airmata ketika melihat keadaan adiknya yg penuh luka perban dikepala,tangan dan kaki.Banyak darah yg masih tercecer.Mila mengeluh sakit yg luar biasa disekujur tubuhnya.Tapi Mila coba tersenyum ada kebahagiaan yg terselip didirinya setelah melihat Faris disisinya.

Beberapa hari kemudian,keadaan Mila mulai membaik tapi kakinya masih terasa nyeri terutama persendiaan dibagian lutut yg bergeser.Mila menjelaskannya semua kepada Mahardiansyah tentang kemungkinan gadis yg dimaksud Faris adalah dirinya.Kerudung merah miliknya itu adalah pemberian ibu dari Makkah saat Ayah dan Ibu mereka berhaji 4tahun yg lalu.Mila sering memakai kerudung merah itu saat masih kos Jl.Kerto Sentono.

Mahardiansyah menangkap kegembiraan luar biasa yg terpancar dari binar mata adiknya tapi Mahardiansyah ragu jika gadis yg dimaksud Faris itu adalah adiknya,jika gadis itu Mila harusnya Faris tahu dari dulu tapi mengapa Faris mengatakan tak pernah bertemu dg gadis itu lagi? Apa karena Faris tlah lupa dg wajah gadis itu?

Mahardiansyah tak ingin memupus harapan adiknya.Mahardiansyah bisa melihat betapa Mila sangat mencintai Faris.Mahardiansyah hanya membelai kepala adiknya yg tengah berbaring dg sayang lalu menghiburnya agar tetap semangat sesekali Mila mengeluh tentang sakit dan ngilu disekujur tubuhnya.

Tapi Chessa buru2 menghiburnya dg canda manjanya sementara Vivi istri Mahardiansyah hanya membelai kepala adik iparnya dg lembut.

Saat mereka berempat tengah asyik bercengkrama,Faris dan Ferdian tiba mereka mengucapkan salam.Kedatangan mereka berdua yg tiba2 seketika mengejutkan Mila.Mila cepat2 membenahi kerudungnya dg bantuan Chessa.

"Bagaimana keadaanmu,Mil?" tanya Faris
"Alhamdulillah,Mas sedikit baikan."
"Syukurlah.Makanya kalau naik motor jangan ngebut!"
"Siapa yg ngebut?! Aku cuma nglamun,kok! He... He... Afwan.Canda,Mas kemarin ada tumpahan oli dijalan aku kurang hati2 jadi,ya seperti ini."

Mahardiansyah memerhatikan mereka berdua,ia memerhatikan bagaimana cara adiknya menatap Faris dan bagaimana cara adiknya tersenyum.Ia tahu betul jika Mila benar2 mencintai Faris.
"Ris,aku ingin bicara denganmu sebentar!" pinta Mahardiansyah serius
Faris hanya mengangguk lalu mereka berdua keluar dari kamar Mila membiarkan Ferdian terpaku disamping Mila tak berkata apa2.Ia tak berani menatap wajah Mila dadanya berdentum keras tiba2 matanya basah melihat keadaan Mila yg memperihatinkan.Chessa memberi sehelai tissue untuknya dadanya terus bergejolak seolah ingin menumpahkan semua perasaan cinta yg selama ini ia pendam,ia tak tahan lalu ia keluar.Ia sandarkan tubuhnya didinding matanya terpejam.Ah,Mila... Lirih Ferdian dalam hati.

Sementara itu,Mahardiansyah dan Faris yg terlihat tengah berbicara serius diujung taman sana Ferdian tak dapat mendengar apa yg sedang mereka bicarakan.

"Mila mencintaimu,Ris! Sadarlah!"kata Mahardiansyah dg nada tinggi.
"Aku tahu,Har! Tapi gadis itu bukan Mila mungkin saja Mila pernah kemasjid Ketawanggede tapi gadis yg kumaksud itu bukan Mila,Har!"
"Munafik kamu,Ris!"
"Astaghfirullah! Meski aku nggak sepenuh ingat wajahnya tapi aku yakin hatiku akan bergetar jika suatu saat nanti berjumpa dengannya.Gadis itu bukan Mila,Har!"

"Gadis berkerudung merah itu cuma adikku.Adikku jugalah yg memberikan mukenanya pada nenek tua yg mau mencuri mukenanya dan ia juga ingat ada seorang laki2 yg saat itu membantunya.
"Kamu pasti lupa wajahnya,Ris!"

Mahardiansyah mendekat hingga beberapa senti dari wajah Faris matanya merah menyala Faris meletakan kedua tangannya kedada Mahardiansyah coba meredakan amarahnya.
"Ishbir,Har! Sabar!" pinta Faris menenangkan tapi Mahardiansyak malah menepis kedua tangan Faris dari dadanya kemudian merangsek ketubuh Faris dan menarik kerah baju Faris hingga nyaris tercekik hingga Faris tak sanggup berkata.
"Nikahi Mila,Ris.Kalau tidak Mila bisa tersiksa seumur hidupnya,Ris!" pekik Mahardiansyah.

"Ti...dak..mung...kin,Har!"kat
a Faris terbata.
Lalu sebuah pukulan keras nyaris mendarat diwajah Faris kalau Mahardiansyah tidak bisa menguasai emosinya setan nyaris saja memperalatnya Mahardiansyah melepaskan tangannya dari kerah baju Faris.
Sementara Ferdian yg sendari tadi memerhatikan tingkah mereka berdua langsung lari berhambur mendekati Mahardiansyah dan Faris lalu mencoba menenangkan mereka berdua.

"Istighfar,Mas.Kalian saudara!" teriak Ferdian lirih agar tidak menarik perhatian banyak orang di rumah sakit itu.

Faris sedikit kesal pada Mahardiansyah,ia sekuat tenaga menahan amarahnya Faris tak mau setan menguasai dirinya.Ia tak tahu apa yg harus ia katakan lagi pada Mahardiansyah.Disatu sisi Faris ingin memegang teguh apa yg diyakininya,hatinya seakan telah berlabuh pada gadis berkerudung merah itu dan Faris yakin gadis itu bukan Mila.Disisi lain ia tak ingin melukai sahabat karibnya selama ini."Apakah aku harus menikahi Mila tanpa cinta" lirih Faris dalam hati.

Meski berusaha ditutupi,keributan kecil yg terjadi diantara mereka menyita beberapa orang disekitarnya tak urung membuat Chessa dan Vivi juga mencari sumber keributan.
"Masya Allah! Ada apa,Mas?" kata Vivi sembari memeluk Mahardiansyah, "Istighfar!"
Emosi Mahardiansyah perlahan mulai mereda.
"Astaghfirullahal'adzim..."Mah
ardiansyah merasa khilaf dan langsung memeluk Faris yg dari tadi terpaku.
"Afwan,Saudaraku! Mahardiansyah memeluk Faris erat.

"Sama2,Har.Yang terpenting sekarang adalah kesehatan Mila.Mila harus segera membaik setelah itu baru kita diskusi lagi jika kami memang berjodoh Allahpun akan mempertemukan kami," jelas Faris

Mahardiansyah mengangguk setuju,Chessa mengerti betul apa yg sedang mereka debatkan, "Tentang Mbak Mila dibicarakan lain saja,Mas! Mbak Mila sedang sakit,Mas!" kata Chessa memohon pada Mahardiansyah.

"Lebih baik Mas Ferdian antar Mas Faris pulang dulu sekarang," pinta Vivi.Setelah saling memaafkan dan menghapus air disekitar mata mereka Faris dan Ferdian memohon diri untuk pulang.Sementara itu,Mila bertanya-tanya dalam hatinya 'apa yg sedang terjadi diluar kamarnya.'

Selepas isya di Masjid Ketawanggede,Faris masih menyelesaikan beberapa halaman lagi ditalawah Al Qur'an.Sesekali ia merintih sedih teringat kejadian tadi di Rumah sakit,ia jadi malu pada Allah.Beberapa jamaah meninggalkan masjid,sementara Ferdian dan Faris berada dalam kamarnya sesekali Faris memejamkan matanya ada kesedihan yg tiba2 menyelinap direlung hatinya kebimbangan untuk memutuskan suatu pilihan.Ia coba mengingat lagi wajah gadis yg berkerudung merah,memang Faris tidak ingat sepenuhnya wajah gadis itu karena memang Faris sengaja ingin melupakannya.Ia tak ingin hari2 nya setelah pertemuan itu terganggu oleh bayangan wajah gadis itu.

Faris berusaha menjaga hatinya agar tetap bersih tapi entah mengapa debaran didada Faris selalu terjadi manakala ia mengingatnya.Disisi lain hatinya terus saja terlontar tanya 'haruskah ia menyakiti Mila yg sangat mencintainya? Faris menangis lirih,Faris segera beristiqhfar dan mengingat Allah Azza Wajalla karena hanya dg mengingat Allah hati menjadi tenteram,Ia kembali teringat dg Firman Allah "(yaitu) orang2 yg beriman dan hati mereka menjadi tenteram dg mengingat Allah.Ingatlah hanya dg mengingat Allahlah hati menjadi tenteram"

Saat hening kembali,tiba2 Faris mendengar sesenggukan tepat dibelakangnya memaksa Faris menoleh kebelakang Ia melihat lelaki yg berumur sekitar 30 tahun menangis disujud panjangnya.

"Pak Amin!" pekik Faris lirih,Faris menunggu hingga lelaki itu merampungkan shalat sunnahnya setelah selesai Faris menghampirinya.
"Assalamualaikum,Pak Amin."
"Waalaikumsalam," jawabnya masih sesenggukan.
"Ada apa,Pak?"

Lelaki itu diam sejenak "Istri saya sakit,Mas! Sekarang ia sedang merintih dirumah"
"Sakit apa,Pak? Kenapa nggak dibawa kerumah sakit.
"Kanker mulut rahim,harusnya operasi tapi kami tidak punya biaya.Seminggu lalu mertua saya juga baru keluar dari rumah sakit,saya sudah pinjam uang kesana kemari tapi belum cukup juga untuk biaya operasi akhirnya istri saya memilih dirumah,ia putus asa saya nggak tahu harus berbuat apalagi,Mas!"


"Astaqhfirullah! Kalau begitu,ayo sekarang kita bawa istri Bapak kerumah sakit,langsung kerumah sakit Saiful Anwar saja"
"Tapi,Mas!"
"Nggak usah tapi2,Pak yg penting istri Bapak selamat! Saya akan meminjam mobil teman saya untuk membawa istri Bapak kerumah sakit.
Faris langsung memencet ponselnya,Ia menghubungi Ibu Dian ibunya Chessa untuk meminjam Avanzanya beruntung Pak Ali mau menyopirinya jadi Ferdian tak perlu menjemput mobilnya.

Faris,Ferdian dan Pak Ali segera berlari kerumah Pak Amin mereka melihat istri Pak Amin sedang merintih kesakitan.Ditemani beberapa kerabat dekat disampingnya.Faris menjelaskan secukupnya maksudnya ia meminta semua perlengkapan dipersiapkan.

Tak lama kemudian Pak Ali datang dg mobil Chessa tak diijinkan ikut,Ia terlalu capek seharian menemani Mila dirumah sakit.Mereka langsung membawa istri Pak Amin masuk kemudian langsung melaju dg kecepatan tinggi.Ferdian ada disamping Pak Ali sementara Faris coba menguatkan hati Pak Amin yg berada sisi istrinya.Mobil terus melaju Pak Ali cukup mahir mengendarai mobil,Ia dapat melewati beberapa mobil yg berada didepannya untuk kesekian kalinya Faris dan Ferdian harus berada di RS.Saiful Anwar kembali.

Setengah jam kemudian,mereka telah sampai di RS.Dr.Saiful Anwar waktu menunjukan hampir jam 9 malam mereka segera membawa istri Pak Amin keruang perawatan.Ferdian dan seorang adik dari istri Pak Amin ikut bersama Pak Amin membawanya keruang medis sedangkan Faris menuju ruang adminitrasi,seorang adminitrasi sedang berbincang dg seorang gadis.Gadis itu tak lain adalah gadis berkerudung merah yg slama ini telah bersemayam dihati Faris sayangnya,tiba2 gadis itu minta ijin untuk pulang gadis itu keluar dari ruang adminitrasi tepat saat Faris masuk dari pintu yg lain.

Jika sekian detik Faris lebih cepat sampai diruangan itu pastilah mereka akan bertemu tapi ternyata Allah tidak menghendaki pertemuan mereka.

Faris mengucapkan salam saat memasuki ruangan adminitrasi.kepala adminitrasi tersebut berada disisi pintu lain sedang mengantar kepergian gadis


Berkerudung merah itu.Ia membalikkan tubuhnya sembari menjawab salam,sesaat pandangan mereka bertemu.
"Ustadz Fatah?!!"
"Faris!!"
"Subhanallah!"
Mereka saling menjawab tangan lalu berpelukan dg erat.

"Apa kabar,akhi?' sapa orang yg Faris memangilnya dg Ustadz Fatah.
"Alhamdulillah,Ustadz.Ustadz dinas disini? Tidak lagi di Mojokerto.
"Iya,sudah tahun ini saya dipindahtugaskan disini.Bagaimana dg halaqahmu,Ris.Masih istiqomahkan?"
"Alhamdulillah,masih.Mohon doanya Ustadz"
Ustadz Fatah adalah Ustadz pembimbing halaqah saat Faris menghabiskan libur panjangnya di Mojokerto,rumah Asal Faris meski hanya beberapa pekan saja pertemuan mereka tapi hubungan cukup erat.Ustadz Fatah juga dekat dg keluarga Faris dimojokerto.


Kemudian Faris menceritakan keberadaannya di RS Dr.Saiful Anwar pada Ustadz Fatah.
"Sebenarnya,Ibu Mirna memang seharusnya segera dioperasi jika tidak keselamatan Ibu Mirna akan terancam tapi ia menolaknya dan memaksa ingin pulang.Kami telah membujuk mereka agar membuat surat keterangan tak mampu dari kelurahan agar mereka dapat keringanan biaya operasi dan perawatan tapi mereka tetap saja ngeyel ingin pulang memang biaya operasi dan perawatan pasca operasi tergolong cukup besar sekitar lebih dari 30 juta"kata lelaki paro baya itu.
"Baiklah kalau begitu,biar saya saja yg menanggung semua biaya operasi dan perawatan pasca operasi Ibu Mirna.Tapi tolong Bapak rahasiakan tentang hal ini pada Pak Amin dan keluarga bilang saja dana ini adalah bantuan pemerintah bagi masyarakat yg tak mampu"
"Lho,apa kamu masih ada kerabat dg mereka?"
"Tidak,Pak.Pak Amin adalah salah satu jamaah shalat satu masjid dg saya.Pak Amin orang yg paling semangat memakmurkan masjid bukankah sesama muslim adalah saudara?"

"Mulia sekali hatimu,Ris.Semoga Allah memberi keberkahan pada hidupmu."
"Amiin,Semoga Allah juga memberikan keberkahan pada hidup Ustadz!"

Beberapa hari kemudian disebuah pagi dg mentari yg terasa hangat menyapa,rumput disepanjang taman Rumah sakit Dr.Saiful Anwar Malang mulai meriap manja,sisa embun terakhir telah menjelma udara sejak bersama helaan nafas pepohonan rindang disekeliling rumah sakit.Beberapa perawat berpakaian putih nan anggun berjalan beriringan dg senyum menawan yg tergores dibibirnya.

"Pakailah,Mbak! Chessa mohon! Plis!" pinta Chessa kepada Mila sembari menyerahkan kerudung merah yg dulu pernah dipakai Mila.
"Tapi,Chess... Kerudung itu sudah Mbak berikan kepadamu!"
"Iya,Chessa tahu tapi nggak apa2 kan jika Mbak Mila memakainya lagi? Moga dg Mbak Mila memakai kerudung ini,Mas Faris ingat kembali"

Mila ragu2 menjawab ya tapi Chessa terus mendesak dan merayunya akhirnya Mila menuruti permintaan Chessa.

Kini untuk pertama kalinya setelah 3tahun lamanya,Mila memakai kembali kerudung merah itu.Chessa membantu memakainya merapikan rambut Mila dan membedaki tipis wajah Mila.Mila pun nampak anggun sekali.

"Ayo,Mbak! Sekarang kita jalan2 keluar!"
"Tapi Chess..."
"Pakai kursi roda,Mbak! Kemarin Pak Dokter sudah mengijinkan kok! Sudah seminggu Mbak berbaring disini,apa nggak bosen?"

Mila mengiyakan ajakan Chessa.Chessa membantu Mila duduk dikursi roda lalu menuntunnya keluar kesisi taman rumah sakit meski seringkali Mila mengaduh lantaran persendiaan kakinya belum sembuh total tapi ia nampak bahagia bisa menikmati sinar mentari langsung menerpa wajahnya sementara Chessa duduk dibangku panjang dekat dg Mila.

Tak lama kemudian seorang gadis yg juga berkerudung merah menuntun lelaki tua bertongkat,lelaki tua itu melepas syal tebal yg melingkar dilehernya.Ia ingin menikmati segarnya udara pagi tanpa syal yg menghalangi,ia meminta putrinya menuntunnya kebangku panjang.Lelaki itu adalah Pak Burhan bersama putrinya Rasyida Husna.

Sejenak setelah Husna membantu Ayahnya duduk dibangku panjang tatapan matanya terhenti saat menemukan seorang gadis dikursi roda yg mengenakan kerudung merah yg mirip dg kerudung yg sedang ia pakai.


Tatapan mereka bertemu,mereka terdiam beberapa detik tak bereaksi dan tak berkata apapun lalu mereka tersenyum dan bersalaman lalu menyebutkan nama.Padahal seribu tanya tengah berlompatan dalam dada mereka 'mengapa ia juga mempunyai kerudung merah yg sama dg ku? Begitulah yg mereka saling pikirkan.

Sementara itu Chessa dan Pak Burhan juga saling bertanya-tanya dalam hati mereka.Sejenak mereka berempat hanya terdiam ditelan oleh ribuan pertanyaan.
"Eh,Afwan.Kerudung kalian kok sama,ya? Padahal model dan motif kerudung kalian kan unik? Jarang ditemukan disini" kata Chessa melumerkan keadaan.

Husna dan Mila hanya tersenyum dan saling berpandangan.
"Ee..."
"Ee..."
Mereka saling berebut ingin menjelaskan.Mila mempersilahkan Husna untuk menjelaskan lebih dahulu.
"Sebenarnya kerudung merah ini adalah pemberiaan Almarhum Ibu saya"
"Iya,Benar.Ibu Ida Mendapat kerudung itu saat ia di Makkah," tambah Pak Burhan meyakinkan.
"Makkah?!!" Mila terperajat "Dari istri salah satu ulama di Makkah?"
"Iya.Syaikh Fattah namanya,Beliau salah satu imam di Masjidil Haram! Lho,Mbak kok tahu? Jangan2..." kata Husna.

"Subhanallah!" Mila memekik lirih "Kerudumg yg saya pakai ini juga dari Syaikh Fattah,istri beliau memberikan kerudung merah ini pada Ibu saya saat berhaji"
"Astafirullah! Ayah baru ingat,Na.Ibumu pernah bercerhta jika ada seorang wanita lain lagi yg diberi kerudung oleh istri ulama tersebut mungkin wanita itu adalah ibu nya Mbak Mila ini.Wanita itu bernama Ibu Fatimah,Ibumu selalu menceritakan jika Ibu Fatimah sangat baik kepadanya mereka bersahabat.Ibu Fatimah juga yg merawat ibumu saat ia sakit di Tanah Suci."

"Iya benar,Pak! Ibu saya bernama Fatimah" Mila membenarkan keterangan Pak Burhan.
"Benarkah,Yah?!"
Pak Burhan hanya mengangguk,Pak Burhan tiba2 matanya basah karena teringat akan istrinya sedangkan Husna mendekati Mila lalu menggenggam tangan Mila dg hangat.
"Jika Ibu kita bersahabat,maukah kamu juga bersahabat dg ku? Bahkan menjadi saudariku?" kata Husna


Mila mengangguk sekali sembari tersenyum,mereka pun berpelukan setelah mereka puas bercerita tentang banyak hal baik tentang ibu mereka atau tentang kesibukan mereka,Pak Burhan dan Husna mohon pamit untuk pulang agenda Pak Burhan hari itu dirumah sakit hanya Chek in kesehatan saja.

Ketika Paj Burhan dan Husna beranjak pergi tiba2 Mila berkata "Apakah aku boleh bertanya sesuatu padamu,Mbak Husna?" Mila ingin sekali melontarkan sebuah pertanyaan yg sejak awal Pertemuan tadi sudah mengganjal dalam pikiran.

"Apa ya,Mbak Mila?" tanya Husna sambil melingkarkan kembali Syal keleher Ayahnya.
"Apakah dulu kamu pernah kemasjid Ketawanggede?"
"Masjid Ketawanggede?!"
"Iya,Masjid Ketawanggede dekat komplek kampus UNIBRAW."
Husna terdiam sejenak,ia mencoba mengingat kembali lintasan yg pernah ia lewati.
"Oh,masjid besar dipojok itu,ya?"
Mila mengangguk.
"Iya,pernah mungkin sekali atau dua kali aku pernah shalat dimasjid tersebut.ada apa ya?

"Apa mukena mu pernah diambil nenek tua dimasjid itu?"
"Astaghfirullah? Iya,pernah! Saat itu ada seorang nenek tua yg mengambil mukena saya kebetulan saat itu aku dari kos seorang teman dijalan Watu Gong lalu shalat ashar dimasjid itu.Lho,kok kamu tahu tentang nenek itu,Mbak Mila? Saat itu memang ada seorang nenek tua yg mengaku ngaku sebagai pemilik mukena saya lalu ada seorang ta'mir yg menegur nenek tua itu.Ada apa,Mbak Mila? Kok kamu bisa tahu?" tanya Husna mendekati Mila.

"Ah,nggak apa2,Mbak Husna kebetulan ta'mir masjid itu adalah temanku" kata Mila singkat.
Setelah tak ada lagi yg Mila tanyakan,akhirnya Husna undur diri meninggalkan Mila dg sejuta perasaan yg berkecamuk dalam dadanya.Mila terpekur beberapa saat sebelum akhirnya Chessa menyadarkan.

"Mbak,apa mungkin yg saat itu kehilangan mukena tidak saja Mbak Mila tapi juga..."
Mila mengangguk berkali-kali,ia kembali memutar slide kenangan peristiwa ketika mukena miliknya diambil nenek tua diMasjid Ketawanggede.Ia tak pernah mengira Husna juga mengalami hal yg serupa dihari yg berbeda


Mila dan Husna sama2 memberikan mukena mereka pada nenek tua yg mengaku sebagai pemilik mukena.
"Berarti..."
"Iya,Benar Chess!" Mila memotongnya sebelum Chessa menyelesaikan Pertanyaannya.
"Subhanallah ya,Mbak.Allah mempertemukan Mbak Mila dan Mbak Husna kembali disi tapi Mbak.Mbak pernah cerita kalau ada seorang lelaki yg saat itu menegur nenek tua itu?"

"Iya,Tapi Mbak lupa wajah penjaga ta'mir itu lagipula Mbak benar2 jaga pandangan Mbak saat itu.Mungkin Mas Faris,mungkin juga bukan."
Keduanya terdiam,Mila meminta Chessa untuk membawanya kembali kedalam kamar.Mila membenamkan sebagian wajah nya pada sisi kerudung lebarnya 'jadi selama ini Mas Faris benar.Gadis itu bukan aku! Tapi Husna dan Mas Faris mencintai Husna' lirih Mila dalam hati kemudian hanyut dalam isak tangis,kerudung merahnya basah.

Sore itu,Faris memenuhi undangan dari Pak Burhan kerumahnya.Pak Burhan ingin mengucapkan terima kasih secara langsung pada Faris karena ekstrak tanaman pegagan yg dibawakan untuknya bereaksi positif ditubuhnya.Lambat laun kesehatan Pak Burhan membaik.Rumah pak Burhan berada di Singosari.

Saat Faris melintas depan Pesantren Ilmu Al Qur'an (PIQ) Singosari,ia memperlambat motornya banyak santri putra dan putri hilir mudik menyeberang jalan.Beberapa santri putra yg berkoko dan bersarung serta mengenakan peci beragam tengah asyik bercanda menikmati sore itu.Ada juga yg jajan makanan ringan.

Tiba2 Faris menghentikan motornya,ia melihat sekelebat seorang gadis yg berkerudung merah ditengah santri2 putri yg berkerudung putih.Faris segera memarkirkan motornya ditempat yg tepat lalu ia mencari gadis tersebut diantara kerumuan orang,kebetulan saat itu pengajian sore baru saja usai banyak orang kampung sekitar yg mengikuti pengajian itu.Faris terus mencari gadis itu,dadanya berdebar hebat ia ingin tahu pasti apa benar yg dilihatnya tadi atau hanya sekedar halusinasi hati.

Faris gagal menemukan gadis itu,ia beristighfar berkali-kali sembari mengatur nafasnxa yg tersengal setelah berlari-lari kecil.Ya Rabb Himpun jiwa kami yg berserakan,pertemukan kami dalam cinta Mu.

Untuk kesekian kalinya,Allah belum mempertemukan Faris dg Husna.Faris kembali kemotornya.

Sesampai di rumah Pak Burhan,Faris langsung disambut oleh pelayan rumah dan mempersilahkan Faris untuk duduk terlebih dahulu diruang foyer rumah itu.Meski hanya ruang foyer yg tak lebih ruang tunggu sebelum tamu dipersilahkan masuk keruang tamu,tapi foyer ruang tamu itu didesain sungguh indah.Sebuah kaca besar menjadi sekat dg ruang tamu dari atas kaca itu,berjatuhan butiran air yg merapat kesisi kaca dan jatuh kekolam kecil dibawahnya.

Tak lama kemudian Pak Burhan datang menghampiri Faris.Pak Burhan menyambut Faris dg senyum dan pelukan hangat.

"Ayo,Ris.Langsung saja kita ketaman belakang rumah."
Kemudian Pak Burhan mengajak Faris mengitari sisi rumah yg luas itu.Menuju sebuah taman indah tepat dibelakang rumah,ditengah taman itu ada sebuah kolam renang sederhana khusus untuk keluarga.

Ternyata ditaman itu beberapa anggota keluarga Pak Burhan telah menanti kehadiran Faris dan yg lebih mengejutkan lagi ada seorang yg sangat Faris kenal juga berdiri diantara mereka.
"Ustadz Fatah!"

Faris segera berhambur mendekati Ustadz Fatah,mereka bersalaman erat mata Faris berbinar bahagia.
"Ustadz ada disini?"
"Iya,Ris.Sebenarnya saya adalah adik kandung Pak Burhan.Beberapa bulan terakhir kakak saya itu sering sekali menceritakan tentangmu.Saya sudah menebak bahwa Faris yg dia maksud adalah kamu tapi saya benar2 yakin baru setelah kita bertemu kemarin."

Lalu salah satu mereka mempersilahkan Faris untuk duduk disebuah kursi kayu.Mereka duduk melingkar didepan sebuah meja kayu bundar.Ada 3 meja bundar yg dikelilingi masing2 4 kursi disana.Faris duduk bersama Pak Burhan dan Ustadz Fatah sementara keluarga lain duduk disekitar mereka.Ustadz Fatah menuangkan secangkir teh hangat untuk Faris.

Mereka menikmati sore yg hangat bersama matahari senja yg menyepuh seluas isi taman.Matahari tua yg menyuguhkan tarian indah diatas kolam renang.Gemulainya menghangatkan seisi alam raya.

Tak henti-hentinya Pak Burhan dan Ustadz Fatah bergantian menceritakan tentang Faris kepada keluarga yg lain.Bagaimana kegigihan Faris dalam menjalani hidupnya.Faris yg tak hanya membiayai studi kuliahnya hingga sekarang dapat menempuh program Magister,tapi juga membiayai 2 adiknya yg sedang duduk dibangku kuliah.

"Tapi,semua itu seakan sia2 jika saya tak bisa mewujudkan impian saya selama ini.Saya ingin berhaji,Pak! Ya,saya ingin ke Makkah bertemu Allah dirumah Nya.Mengunjungi Makam Rasulullah dan sahabat2nya" Faris menjelaskannya.

"Bukankah kamu pernah bilang kamu telah memastikan akan berhaji tahun depan bersama ibumu?" selidik Pak Burhan.

Faris terdiam,tertunduk.Ia membenarkan apa yg dikatakan oleh Pak Burhan.Faris memang telah memastikan berhaji tahun depan bersama ibunya untuk ONH telah cukup terkumpul.Keinginannya pun nyaris terwujud jika ia tak membantu pengobatan Mila dan Ibu Mirna yg menjalani operasi.Kini Faris harus menunda keinginan berhajinya hingga beberapa tahun berikutnya.Hingga uangnya terkumpul kembali.Ia sengaja tak mengambil program ONH dari bank karena kebutuhan untuk biaya pendidikan kedua adiknya cukup beragam belum lagi Faris juga harus menyisihkan uangnya untuk dikirim ke orangtuanya di Mojokerto.

Tiba2 mata Faris basah tapi ia menahan sebisa mungkin agar tangisnya tak tumpah.Ia tak ingin mengacaukan suasana sore itu.

" Iya,Pak.Mungkin belum jodoh saya untuk berhaji tahun depan masih ada tahun berikutnya.Saya pasti berhaji! Ini Azzam saya! Tolong ingatkan janji saya ini,Pak!" ujar Faris bersemangat matanya yg berbinar penuh harapan berkabur oleh tangis yg tertahan.Ustadz Fatah tahu betul alasan Faris menunda keberangkatan hajinya.

Pak Burhan mempersilahkan Faris untuk meneguk tehnya.Faris mengambil cangkir tehnya tapi tertahan tiba2 ada beberapa orang yg datang dari samping taman.Dada Faris bergunjang hebat ia melihat seorang gadis berkerudung merah sedang mendorong sebuah kursi roda yg diduduki seorang gadis yg berkerudung merah.2 gadis kerudung merah ada didepan mata Faris dua-duanya sama anggunnya dalam balutan kerudung merah.

Tangan Faris gemetaran,Ia kaget gadis berkerudung merah yg mendorong kursi roda itu adalah gadis yg pernah dilihatnya 3tahun lalu gadis yg slalu mengganggu tidur dan aktivitasnya.Ya,gadis itu tak salah lagi' batin Faris.Sementara yg duduk dikursi roda adalah Mila.

Faris gemuruh dalam getaran dada.Ia letakkan kembali cangkir tehnya.Ia tenangkan dirinya sedemikian rupa.Sementara Ustadz Fatah langsung menyambut kedatangan mereka.Faris teringat kembali bagaimana ia berjumpa dg gadis berkerudung merah itu di Masjid Ketawanggede.Tapi mengapa Mila juga memiliki kerudung merah yg sama? Bukankah Mila juga mengaku jika seorang nenek tua mengambil mukenanya? Bagaimana mungkin 2 orang yg punya kerudung yg sama juga mengalami kejadian yg serupa? Subhanaallah! Seribu pertanyaan menyergap kedalam benak Faris.

Kini mereka berlima berada disatu Meja sementara itu Ferdian,Mahardiansyah dan Chessa yg juga mendapat undangan minum teh itu turut bersama mereka duduk dikursi yg lain.

"Bagaimana kabarmu,Nak?" tanya Pak Burhan kepada Mila.
"Alhamdulillah,Pak.Sudah sedikit membaik tapi masih perlu pakai kursi roda persendian dikaki yg belum sembuh benar.
"Sabarlah,Anakku" kata Pak Burhan membelai kepada Mila dg hangat.
"Nah,Ris! Ini adalah putriku yg pernah kuceritakan kepadamu tempo hari Namanya Rasyida Husna" kata Pak Burhan mengenalkan.Husna menangkupkan kedua tangannya didepan dadanya,senyum indahnya nyaris membekukan Faris.

"Sedangkan ini adalah Mila,Bapak yakin kamu telah mengenalnya,Ris.Kini Mila sudah Bapak anggap anak sendiri.Orang tua Mila sudah tiada kini Bapak tak hanya memiliki seorang anak gadis


Tapi 2 anak gadis yg sangat cantik! Kamu pasti ingin bertanya bagaimana Mila juga memiliki kerudung yg sama dg Husna sebenarnya kerudung mereka itu pemberiaan dari ibu mereka kerudung merah itu dari Makkah.Kebetulan ibu mereka menjadi sahabat yg dekat saat berhaji dulu.Ibu Mbak Mila ini juga yg menemani Ibunya Husna selama berbaring sakit menjelang kembali ke Indonesia hingga istri saya meninggal dunia" Pak Burhan tak sanggup meneruskan penjelasannya airmatanya membasahi kelopak matanya yg tlah keriput.

"Dan seorang istri imam Masjidil Haram di Makkah menghadiahi ibu mereka masing2 sebuah kerudung.Kerudung yg mereka sedang kenakan inilah kerudung itu" Ustadz Fatah melanjutkannya "Kamu juga telah tahu tentang peristiwa mukena milik mereka yg diambil seorang nenek tua.Mila telah menceritakannya pada kami'

"Nah,sekarang kamu tinggal milih nih,Ris! Kamu pilih mau nikah dg putriku yg mana? Mila atau Husna? Kamu boleh milih hanya satu lho,tak boleh dua-duanya" tanya Pak Burhan menggoda yg diiringi gelak tawa keluarga yg lain.Muka Faris memerah.

"Tapi Bapak harap kamu menikahi putriku bukan karena kerudung merah itu melainkan dalam rangka menghimpun belahan hati yg telah Allah ciptakan dalam rangka menyempurnakan ibadah agar kalian dapat bersama-sama meraih keberkahan hidup dalam naungan Cinta Nya" ujar Pak Burhan melanjutkan.

"Mila Yakin Mas Faris akan memilih Mbak Husna Yah! Mbak Husnalah yg selama ini yg Mas Faris cari,Mas Faris sangat mencintai Mbak Husna.Mila akan bahagia sekali jika mereka bersatu Mila akan memiliki 3 kakak yg akan menyayangi saya Mas Mahar,Mbak Husna dan Mas Faris" ujar Mila dg mata berbinar.Sementara Faris menatap jauh kedalam matanya 'Benarkah yg dikatakan Mila? Tapi buru2 mereka segera menundukan pandangan.

Faris tak bisa memungkiri perasaannya yg sangat mencintai Rasyida Husna gadis berkerudung merah yg selama ini selalu berkelebat dalam pikirannya.
"Iya,Pak.Dengan menyebut Nama Allah ijinkan saya menikah dg Rasyida Husna" kata Faris mantap.


"Barakallahu laka!" sambut Ustadz Fatah dg pelukan erat "Sebenarnya Husna Juga menyimpan hati padamu sejak pertemuan kalian di Masjid itu selama ini ia menyembunyikannya kepada kami.Benar begitu kan,Na?"

Husna hanya tertunduk dan tersipu malu lalu air matanya tumpah,ia langsung berhambur memeluk ayahnya dg erat.
"Iya.Sebenarnya ada hal yg selama ini Husna Sembunyikan dari Ayah mungkin saat inilah saat yg tepat untuk Husna menceritakannya sebenarnya jauh sebelum Husna bertemu dg Mas Faris di Masjid Ketawanggede kami telah bertemu sebelumnya mungkin Mas Faris tlah melupakan peristiwa itu"

Seketika Faris terperajat kaget wajahnya mengisyaratkan tanya.
"Saat itu Mas Faris masih menjadi asisten dosen Pak Sumeru Ashari suatu hari Pak Sumeru Ashari sedang mengisi seminar di Universitas Muhammadiyah Malang.Seminar yg bekerja sama dg Fakultas Kedokteran kalau Husna nggak salah ingat seminar tentang pertanian organik dan dampaknya bagi kesehatan manusia Husna masih semester satu ketika itu seusai seminar Husna dan teman2 langsung menuju tempat parkir untuk mengambil motor kebetulan Mas Faris juga berada ditempat parkir.Motor Husna berada disamping motor Mas Faris sedangkan Pak Sumeru telah pulang dg mobilnya.

"Husna dan teman2 tertawa geli melihat tingkah aneh Mas Faris bagaimana tidak,Yah! Padahal motor Mas Faris lumayan bagus lho tapi aneh nya Mas Faris malah menaruh 2 kantong bagor kumal disamping kanan dan kiri motornya.Kayak habis belanja dari pasar gitu! Padahal nggak ada isinya! Teman2 Husna menggoda Mas Faris,Mas Faris diam saja tapi wajah Mas Faris memerah"

Faris yg dari tadi diam tak berekspresi,kini mulai tersenyum malu mendengar tingkahnya dulu diceritakan kembali oleh Husna.Faris mulai teringat kembali dg kepingan peristiwa masa lalunya.
"Beberapa hari kemudian Husna baru tahu alasan mengapa Mas Faris menaruh bagor kumal dimotornya kebetulan ada seorang teman Husna yg menjadi adik kelas Mas Faris Di UNIBRAW.Namanya Dini mungkin Mas Faris kenal?


"Dini? Anak nganjuk itu?"
"Iya.Dini cerita banyak tentang keunikan Mas Faris pada Husna.Mas Faris memang sengaja menaruh bagor kumal itu agar nggak ada teman mahasiswi yg membonceng motornya.Bukanya Mas Faris pelit tapi karena Mas Faris sangat menjaga diri pada setiap yg bukan muhrimnya dg 2 kantong bagor kumal bau itu he... He... Afwan Mas,otomatis nggak ada yg mau membonceng motor Mas Faris sejak itulah diam2 Husna kagum pada pribadi Mas Faris.Husna terus mencari informasi tentang Mas Faris sehingga Husna semakin tahu tentang Mas Faris ini.. He... He... Semakin tahu banyak semakin bertambah pula kekaguman Husna pada Mas Faris.

"Ternyata Allah mempertemukan kembali Husna dg Mas Faris di Masjid Ketawanggede saat itu Husna taqu Mas Faris marah sekali dg Husna yg berdiplomasi tentang mukena itu.Lha wong,Husna hanya mau sedekah pada nenek itu kok! Tapi Husna malah jadi geli melihat Mas Faris marah.Mas Faris lucu sekali kalo lagi marah he... He... Afwan ya,Mas"

Kontan saja semua yg hadir ditaman itu tertawa terbahak mendengar cerita dari Husna,Faris jadi salah tingkah Faris hanya bisa tersenyum dg wajah memerah.

"Nah! Benar kan?! Kalian ini memang berjodoh! Barakallah laka!" ujar Pak Burhan bersemangat.Hingga membuat seluruh keluarga yg berada ditaman itu memancarkan cinta dan kebahagiaan.

Tapi tidak dg Mila meski Mila mencoba tersenyum tapi dari relung hatinya ingin rasanya menangis.Faris segera menangkap kesedihan yg dirasakan Mila.
"Oh ya,Mil! Sebenarnya ada yg selama ini ingin Mas sampaikan kepadamu."
Mata Mila sedikit terbelalak,bola matanya membundar penuh rasa ingin tahu.

"Bahwa selama ini ada seorang yg diam2 sangat mencintaimu lelaki itulah yg selama ini sebenarnya yg menjagamu bukan aku.Ia yg selalu berjalan dibelakangmu saat kamu pulang sendirian dari kuliah malam,ia slalu membawa 2 payung ditangannya jika tiba2 turun hujan lelaki itu langsung meminta seorang didekatnya untuk menghampirimu dan meminjamkan payung itu untukmu.


Ia juga yg paling suka menghabiskan brownies coklat buatanmu.

"Ia juga yg mendatangkan dokter setiap sebulan sekali ke kosmu sampai2 ia pingsan berulang kali saat mendengar kecelakaan kamu kemarin.Kamu mungkin jarang sekali melihatnya dirumah sakit karena memang ia nggak tega melihat langsung keadaanmu tapi setiap malam ia selalu tidur dirumah sakit menjagamu,Mil! Ia yg memanggilkan perawat dan dokter jika tiba2 kamu merasa sakit lelaki itu sangat mencintaimu.Insya Allah lelaki saleh,Ia Insya Allah lelaki yg terbaik untukmu..."

"Lelaki itu adalah Ferdian!" kata Mahardiansyah memotong cerita Faris sambil merangkul pundak Ferdian seketika mata Mila langsung tertuju Ferdian.Ferdian tertunduk.

Ternyata selama ini Mila telah keliru,ia mengira jika kebaikan2 yg seringkali datang kepadanya itu berasal dari Faris,Mila sama sekali tak menyangka jika selama ini yg slalu meminjaminya payung saat hujan turun ketika ia lupa membawa payung adalah Ferdian lalu Ferdian yg meminta Faris untuk mengambil payung yg ia pinjamkan di kos Mila.

Mila tertunduk,mata indahnya berkaca.
"Karena itulah aku sengaja untuk memisahkan kalian dari kedai agar Ferdian tetap terjaga dan meminta Ferdian menemaniku menjalankan program Town Clean dan Care juga dalam proyek2 lain agar Ferdian mempersiapkan terlebih dahuku maisyah sebelum melamarmu.Insya Allah tahun depan Ferdian telah benar2 siap untuk menikah denganmu" Faris melanjutkan penjelasannya.

Mila memandang Mahardiansyah seolah ingin meminta pertimbangan padanya.Mahardiansyah hanya mengangguk sekali seakan ingin meyakinkan kepada adiknya bahwa Ferdian memang jodoh yg terbaik untuk adiknya.

"Baiklah,Mila akan tunggu sampai tahun depan hingga Mas Ferdian siap meminang Mila"
"Subhanallah! Lirih Pak Burhan "Semoga keberkahan dari Allah tercurah pada kalian.Nah,sekarang secepatnya kita persiapkan tanggal pernikahan untuk Faris dan Husna"
"Secepat itu,Pak?" tanya Faris.
"Iya,Ris! Mau kapan lagi?!" Ustadz Fatah yg malah menjawabnya


"Tapi Ustadz,saya telah ber Azzam ingin berhaji terlebih dahulu!"
"Justru itulah,nanti kamu bisa berhaji bersama ibu dan istrimu!" jawab Pak Burhan.
"Tapi..."
"Nggak usah pakai tapi2... Kamu nggak perlu cemas dg biaya hajimu,Bapak akan menanggung biaya haji kalian hitung2 itulah kado yg Bapak bisa berikan setelah pernikahan kalian nanti dan kalau memungkinkan Bapak juga akan menyertai kalian ke Makkah!"

Faris langsung tersentak kaget,ia tak percaya dg apa yg baru saja ia dengar.
"Benarkah,Pak?"
"Iya,Ris! Saya menceritakan pada Mas Burhan tentang bagaimana usahamu membantu keluarga Pak Amin yg istrinya harus operasi karena menderita kanker rahim.Mengingatkan saya pada sebuah kisah tentang seorang ahli hadist ternama yg bernama Abdullah bin Al Mubarak yg hidup di Makkah pada suatu maktu setelah menyelesaikan ritual ibadah haji ia tertidur dan bermimpi melihat 2 malaikat yg turun dari langit.
"Berapa banyak yg datang tahun ini?' tanya malaikat pertama kepada malaikat kedua
'600.000" jawab malaikat kedua

"Berapa banyak mereka yg ibadah hajinya diterima?"
"Tidak satu pun!"
Percakapan ini membuat Abdullah bin Al Mubarak gemetar.
"Ada seorang tukang sepatu di Damakus dipanggil Ali bin Mowaffaq" kata malaikat yg pertama.

"Dia tidak datang menunaikan ibadah haji tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni."
Ketika Abdullah bin Al Mubarak mendengar hal ini,ia langsung terbangun dan memutuskan pergi menuju Damakus untuk mencari orang yg bernama Ali bin Mowaffaq akhirnya Abdullah Al Mubarak menemukan tempat dimana Ali bin Mowaffaq tinggal.Abdullah bin Al Mubarak menyapanya.

"Siapakah namamu dan pekerjaan apa yg kau lakukan" tanya Abdullah bin Al Mubarak.
"Aku Ali bin Mowaffaq,penjual sepatu.Siapakah namamu?"
Tiba2 Abdullah bin Al Mubarak menangis dan jatuh pingsan ketika ia sadar,Abdullah bin Al Mubarak memohon agar Ali bin Mowaffaq bercerita kepadanya amalan apa yg Ali bin Mowaffaq kerjakan hingga mencapai derajat setinggi itu.

Ali bin Mowaffaq mengatakan "Selama 40 tahun aku telah rindu untuk melakukan perjalanan haji.Aku tlah menyisihkan 350 dirham dari hasil berdagang sepatu.Tahun ini aku memutuskan untuk pergi ke Makkah,Sejak istriku mengandung.Suatu hari istriku mencium aroma makanan yg sedang dimasak oleh tetangga sebelah dan memohon kepadaku agar ia bisa mencicipinya sedikit.Aku pergi menuju tetangga sebelah mengetuk pintunya kemudian menjelaskan situasinya tetanggaku mendadak menangis "Sudah 3 hari ini anakku tidak makan apa2" katanya.
"Hari ini aku melihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka"
"Hatiku serasa terbakar ketika aku mendengar ceritanya,aku mengambil 350 dirhamku dan memberikan kepadanya "Belajakan ini untuk anakmu" kata Ali bin Mowaffaq 'Inilah perjalanan hajiku."

Faris mendengar dg seksama apa yg diceritakan oleh Ustad Fatah.
"Keiklasan Ali bin Mowaffaq bersedekah pada tetangganya telah membuatnya mabrur sebelum berhaji" tegas Ustadz Fatah "Semoga begitu juga denganmu,Ris!"
"Amiin" kata Faris Lirih.
"Untuk itu,ijinkan Bapak membantumu mewujudkan Azzam mu berhaji.ijinkan,Mas Burhan berhaji bersama kalian" kata Ustadz Fattah mengakhiri kalimatnya.

Faris diam,ia tak sanggup melukiskan kebahagiaan hatinya dg kata2.Azzam yg selama ini ia teguhkan sebentar lagi akan terwujud ia akan berhaji dg orang2 yg dicintainya.

Kini saatnya matahari terbenam sempurna.Siluet senja masih menyisakan semburat memanjang diseparo bumi.Seiring adzan Magrib berkumandang,mereka merasakan hangat dalam keakraban keluarga dan limpahan rahmat dari Allah Ta'ala,Rabb penguasa alam.

Selesai....

Sumber Source : "('•.Jangan Jadi Muslimah Nyebelin.•')"